?Sepakbola? Politik Kita Belum Cantik

Sabtu, 21 Maret 2009 , 13:46:45 WIB
?Sepakbola? Politik Kita Belum Cantik
Kampanye terbuka dan rapat umum sudah dimulai beberapa hari ini. Sejak hari pertama terlihat beberapa indikasi yang memprihatinkan, antara lain pelibatan anak-anak dalam kampanye, konflik dan kericuhan, dan terkesan kampanye terbuka ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta pemilu. Dalam pemilu, kampanye rapat umum adalah tahapan penyelenggaraan kampanye yang mengait dengan banyak persoalan dan juga menuntut lintas koordinasi dengan berbagai kalangan. Dalam UU No 10 th 2008 dan surat KPU No 19, bahwa rapat umum diniscayakan bisa dikoordinasi dengan para peserta pemilu. Itu kewajiban KPU untuk mengundang dan menerima jadwal, pelaksanaan dan juru kampanye masing-masing peserta pemilu. Kampanye rapat umum mengharuskan KPU berkoordinasi dengan pemerintah dan pemerintah daerah terkait dengan penentuan lokasi tempat kampanye itu. Kampanye rapat umum juga meniscayakan adanya koordinasi KPU dengan aparat kepolisian dalam rangka pengamanan pelaksanaan kampanye rapat umum. Intinya bahwa rapat umum itu melintasi semua pihak, baik peserta pemilu, pengawas pemilu dan juga pemerintah dan pemerintah daerah serta instansi keamanan dalam hal ini kepolisian. Dalam bagian lain, kampanye rapat umum juga akan memperlihatkan bagaimana performa peserta pemilu itu bekerja. Ibarat bermain sepakbola, kampanye rapat umum adalah kesempatan buat para peserta pemilu untuk memperlihatkan kapabilitasnya. Kampanye rapat umum merupakan indikasi apakah si peserta pemilu ini dapat memperlihatkan permainan bola yang cantik. Kita lihat, sepak bola di Eropa sebagai salah satu contoh area terbaik dalam industri persepakbolaan; Seorang pemain yang baik akan diukur dari sejauh mana profesionalitas dia didalam bermain. Harga transfer yang sangat tinggi yang dicatat oleh para pesohor pemain sepakbola seperti David Becham, Ronaldo dan lain-lain itu cerminan betapa para pesohor tersebut dalam ermain, melakukan dribbing, tackling selalu menunjukkan kelasnya. Celakanya di Indonesia ini permainan 'sepakbola' politik kita tidak lah secantik itu. Bahkan tampak banyak pemain yang sejak awal tidak ingin main sepakbola, melainkan ingin jadi petinju, karatedo, dan olahraga full body contact lainnya itu memaksakan diri main sepakbola. Jadinya semua jadi campur aduk. Sehingga yang terlihat secara umum, meskipun ini tidak menggambarkan seluruhnya, adalah permainan yang lebih menunjukkan menjatuhkan lawan tanpa cara yang jelas; dipukul lah wasit, di pukul lah pemain yang lain. Yang terlihat kemudian adalah permainan yang tidak profesional dan sama sekali tidak memperlihatkan bagaimana cantiknya sebuah permainan, bahkan cenderung merusak permainan sepakbola itu sendiri. Ini memprihatinkan. Saya berharap dalam permainan sepakbola, pengawas juga bisa bekerja secara efektif untuk mengawasi pelaksanaan kampanye rapat umum. Referensi untuk itu dapat dilihat pada kampanye rapat umum ini. Karena jelas sekali di sana akan terlihat bagaimana seorang pemain itu bisa berkoordinasi dengan yang lain, bagaimana dia menaati peratiuan yang telah digariskan. Pada konteks yang lebih umum, saya berharap para peserta pemilu dapat memperlihatkan permainan ‘sepakbola’ politik yang elegan, yang pada akhirnya akan melahirkan suguhan-suguhan yang sangat menarik, cantik, fairness, dan bisa memperlihatkan seni tersendiri dalam permainan itu. Saya anjurkan kepada para peserta pemilu untuk bermain secantik mungkin. Sekali-sekali saja lah ada pelanggaran tapi pengawas tidak tahu. Sekali-kali bolehlah ‘permainan sepakbola’ ini diwarnai dengan hal-hal yang kurang enak tetapi tetap dalam koridor menahan diri. Karena sangat tidak mungkin ada peserta pemilu yang sama sekali tidak melanggar, tetapi kalau terpaksa melanggar pun masih dalam konteks pelanggaran-pelangaran yang wajar. Nantinya di akhir cerita, mendekati tahapan pemilu akhir, yaitu 9 April 2009, semua permainan harus dianggap selesai, baik penerusan kasus-kasus pelanggaran, maupun secara hati. Kita akan melihat mana yang layak, pemain dan permainan apa yang bisa dinilai baik. Saran saya sebagai Ketua Bawaslu bagi penonton, yaitu para pemilih, hendaknya bisa mempertimbangkan pemain mana yang pada akhirnya layak untuk dipilih pada tgl 9 April 2009. Pilihlah mereka yang tidak melanggar aturan-aturan itu. Merekalah yang layak untuk dipertimbangkan sebagai wakil rakyat Anda. Mereka adalah orang yang mempunyai kompetensi diri dalam ‘sepakbola’ politik ini. Mereka adalah peserta pemilu yang layak untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat pemilih kita. Bijaksanalah dalam menentukan pilihan. Selamat berkampanye. Jaga sportifitas...!