Catatan perjalanan ke Palembang, 22-24 Mei 2009.

Minggu, 24 Mei 2009 , 20:27:35 WIB
Catatan perjalanan ke Palembang, 22-24 Mei 2009.

tangan-awas1

Rapat pleno hari Rabu, 20 Mei 2009 memutuskan, saya bersama Ibu Wirdyaningsih yang akrab dipanggil Bu. Nunung diutus untuk melakukan pembinaan kepada Ketua, Anggota, dan Staf Sekretariat Panwaslu Provinsi Sumatera Selatan. Sementara anggota lain yaitu Ibu Wahidah Suaib dan Ibu Agustiani Tio diutus untuk melakukan hal yang sama ke Panwaslu Prov Riau.

Sambil menerima beberapa tamu dari daerah, saya mendisposisi dan menandatangani surat-surat yang jumlahnya lebih dari 20-an. Usai Jumatan, waktu menunjukkan pukul 14.28 WIB, sangat mepet untuk perjalanan dari Thamrin ke Cengkareng mengingat hari Jumat biasanya macet tak terhindarkan.

Saya tidak khawatir dengan masalah cek in karena sudah ada staf pendamping yang berangkat lebih dahulu. Ternyata apa yang saya khawatirkan  benar-benar terbukti, terjadi bottle neck dan macet besar-besaran di Jalan Tol Sedyatmo, lebih-lebih masuk Jalan Tol Bandara. Sepanjang jalan saya berdebar-debar bisakah saya sampai tepat waktu di tujuan?

Syukurlah, kami sampai juga ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng (yang oleh sebagian masyarakat dianggap masih masuk wilayah Jakarta, padahal sebenarnya masuk ke wilayah provinsi Banten). Berlarian sepanjang koridor bandara karena jelas-jelas nama kami sudah dipanggil untuk kesekian kalinya. Alhamdulillah, kami bisa mengejar pesawat Garuda GA 118, yang akan menerbangkan kami ke Kota Palembang.

Saya tidak tahu, apakah Bu Wahidah dan Bu Tio masih dapat mengejar pesawat ke Pekan Baru, sayub-sayub terdengar nama mereka dipanggil untuk yang terakhir kalinya. Saat saya hendak berangkat tadi, saya sudah ingatkan agar mereka cepat-cepat ke bandara. Maklum, akhir pekan warga Jakarta seperti berebut jalan, hendak keluar kota menghabiskan masa liburan. Waktu tempuh Jakarta-Palembang hanya sekitar 45 menit. Tak terasa karena ngobrol dengan Bu Nunung yang sepanjang perjalanan kelihatan amat ceria, jarak tempuh jadi terasa begitu singkat.

Setiba di Bandara Palembang kami dijemput Kepala Sekretariat Panwaslu Prov. Sumatera Selatan, Sdr. Mizuar Syahidin. Staf yang kami bawa, Mas. Anto, sangat sigap dan mengerti akan tugasnya: membawa seluruh tas ke mobil yang sudah disediakan. Perjalanan Bandara ke Hotel Novotel, tempat kami menginap, cukup memakan waktu. Karena seperti Jakarta, di sini pun kemacetan terjadi di sejumlah titik dan ruas jalan. Tapi memang setidak total seperti kemacetan di Jakarta.

Setelah check in, membersihkan diri dan shalat Magrib, tepat pukul 19.00 WIB kami meluncur menuju ke rumah makan Tempatnya enak, seenak makanan yang disajikan. Saya sudah empat kali datang ke tempat ini. Pertama, pada 2002 saat saya melantik kepengurusan Masika ICMI di Palembang. Waktu itu diajak Ketua ICMI Sumatera Selatan, dr. Abdul Hakim Sorimudo Pohan—sekarang anggota DPR RI dari Partai Demokrat. Kedua, pada Oktober 2008 yang lalu, saat saat saya jadi pembicara diskusi yang digelar Direktur Eksekutif SPS Indonesia Asmono Wikan. Ketiga, Maret 2009 kala saya jadi tamu pembicara yang digelar oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN). Keempat, inilah waktu ke sini bersama Bu. Nunung

Menu makanan di RM ini sangat lezat. Ikan patin, sayur dan sup serba ikan, serta sajian lain, sungguh menambah rasa lapar yang kami tahan sejak Jumatan. Kami memang belum sempat makan siang (red- lho bukannya Bapak sudah sempat makan dengan sayur asam dan balado ikan tongkol sebelum Jumatan???).

Maklum saja seringkali saya lupa makan, ataupun kalau sempat agak telat. Biasanya makan selalu tidak tepat waktu. Inilah yang saya paling takutkan di Bawaslu, sehingga istri selalu mengingatkan lewat SMS-nya. Biar lupa makan, tapi biasanya saya imbangi dengan jus atau buah-buahan. Yang penting perut tidak sampai kosong. Kalau perut kosong gampang sakit (merepotkan staf saya saja nantinya…)

Seusai jamuan makan malam, kami langsung briefing dengan Ketua, Anggota, Kasek, dan staf Sekretariat Panwaslu Provinsi Sumatera Selatan. Saya memulai dengan pelurusan motivasi kepada segenap yang hadir. Juga perlunya team work yang baik, yang memadukan antara kekompakan antar anggota dan ketua di satu sisi, serta antara anggota dengan sekretariat di sisi yang lain. Inilah materi team building yang paling saya sukai. Tampaknya hadirian dan hadirat menyimak dengan penuh perhatian.

Bu Nunung melanjutkan briefing-nya. Beliau menyampaikan materi soal penanganan pelanggaran pidana dan administrasi pemilu. Itu memang spesialisasi Bu Nunung, sesuai divisi di Bawaslu. Berikutnya dialog. Banyak hal yang ditanyakan, keluhan, juga aspirasi. Disorotnya bagaimana relasi di antara banyak pihak dalam keluarga besar Panwaslu Sumatera Selatan. Terjadilah saling memahami satu sama lain. Karena tujuan kami ke sini juga dalam rangka itu. Kami menilai bahwa prestasi Panwaslu Sumsel ini masih perlu ditingkatkan. Mereka bekerja belum produktif. Konflik terselubung masih sering terjadi, sementara antar anggota serta antara anggota dengan sekretariat belum menemukan form yang mengarah pada produktivitas.

Esok hari kami ingin klarifikasi ke sejumlah pihak terkait laporan dari masyarakat terkait dengan kinerja Panwaslu provinsi Sumatera Selatan ini. Selain akan menekankan pentingnya ethos dan budaya kerja, juga terkait pula dengan penanganan dan tindak lanjut lainnya.***