Wawancara Ketua Bawaslu dengan Majalah POPULAR edisi Juni 2009

Rabu, 10 Juni 2009 , 18:40:10 WIB
Wawancara Ketua Bawaslu dengan Majalah POPULAR edisi Juni 2009

nhs-popular

Negoisasi Sejarah di Indonesia

Sebuah SMS bernada mengancam masuk ke ponselnya. Namun pria kelahiran Pekalongan 10 Oktober 1969 terkesan tenang. Jabatannya memang mengundang banyak kontroversi. Adalah Nur Hidayat Sardini, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI. Ia adalah sosok yang tenang kendati berada di bawah tekanan sekalipun.

Pria yang kerap didampingi bodyguard ini memang jatuh cinta terhadap dunia politik sejak lama. Menurutnya, politik memberikan dimensi lain terhadap kehidupan manusia. Darah politik seakan menyatu di nadinya. Latar belakang profesionalnya pun murni bergerak di bidang politik. Namun, ia juga aktif sebagai akademisi. Maklum, Nur Hidayat sejak kuliah dulu adalah sosok aktivis yang aktif di organisasi kemahasiswaan. Beberapa waktu yang lalu, wartawan POPULAR Iwan Suci Jatmiko dan Tedy Matondang menemui Nur Hidayat menjelang rapat penetapan hasil pemilu Legislatif 2009. Ia bercerita banyak. Mulai dari kinerja Bawaslu, kualitas pemilu, dunia politik Indonesia, kehidupan pribadinya, hingga perspektif wanita seksi di matanya. Berikut kutipan wawancaranya.

Sebenarnya, apa latar belakang Anda secara profesional?

Saya ini peneliti. Saya sudah terlibat dengan berbagai penelitian yang diadakan UNDP Eropa untuk jangka waktu yang lama dan dengan lembaga-lembaga lainnya. Saya pernah juga menjasi partner lokal untuk LSI (Lembaga Survey Indonesia-Red). Pernah juga bekerjasama dengan Reform Institute. Di bidang pemilu saya adalah Sekjen untuk Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi, Ketuanya Didit Purwanto. Kemudian pernah menjabat sebagai Ketua Panwaslu Jateng, dan sekarang menjadi Ketua Bawaslu. Bidang yang saya minati memang berkaitan dengan Pemilu, lebih spesifik lagi adalah pengawasan pemilu. Karena saya di kampus memang mengajarkan manajemen pemilu. Mata kuliah ini menggambarkan bagaimana pengelolaan pemilu dari A – Z

Boleh cerita perjalanan karir Anda dari awal lulus kuliah?

Semasa mahasiswa, saya pernah menjadi speech writer. Selepas dari jurusan Ilmu Politik UNDIP, saya langsung bekerja di almamater saya. Saya juga menjadi konsultan di Pilkada, mengaitkan dunia usaha dan dunia politik. Saya juga pernah di kontrak oleh koran lokal sebagai peneliti otonomi daerah selama 2 tahun.

Mengapa Bapak begitu jatuh cinta dengan politik?

Politik menurut saya adalah induk dari kehidupan. Politiklah yang bisa membuat dunia ini menjadi buram atau menjadi terang. Politik itu mirip sebuah pisau. Jadi tergantung siapa yang memegang pisau. Ada pendapat yang mengatakan bahwa politik itu kotor, memang ada benarnya. Kotor, jika yang memegang politik ini adalah orang yang beriman, atau mereka yang bermaksud jahat dan tidak punya visi. Sebaliknya, kalau yang memegang pisau adalah seorang koki atau ibu rumah tangga yang baik dan ahli memasak, tentu akan tersaji masakan yang sangat lezat dan menyehatkan. Saat ini, setelah era reformasi, sedang terjadi negoisasi sejarah di Indonesia. Pergulatan-pergulatan antara orang yang punya visi dan yang tidak.

Banyak mana, orang yang punya visi dan yang tidak?

Saya kira masih banyak orang yang belum punya visi. Tetapi itu adalah negoisasi sejarah. Kalau kita lihat bangsa-bangsa yang sudah mapan dalam berdemokrasi, Amerika misalnya, fase pertama pembentukan kelembagaan dan perilaku para politisinya juga justru lebih lama. Tapi, apakah kita membangun demokrasi perlu selama Amerika? Saya pikir tidak juga. Sebab itulah mengapa kita harus belajar dari Negara-negara lain, dari tokoh-tokoh yang lain. Indonesia pernah mengalami saat-saat jaya ketika politik itu dipegang oleh orang-orang yang budiman, yaitu pada awal-awal kemerdekaan. Kalau kita kaji sejarah, para pendiri republik ini adalah orang-orang yang pintar, kelas dunia. Seperti Tan Malaka, Bung karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir. Mereka benar-benar mempunyai perilaku politik kelas dunia. Jejak sejarahnya masih dapat kita lacak.

Apakah sekarang sedang terjadi penurunan kualitas tokoh politik?

Saya kira tidak salah kalau ada ucapan atau asumsi seperti itu. Indonesia memang sedang mengalami defisit demokrasi. Defisit demokrasi berarti hanya sekedar bagaimana caranya untuk merebut kekuasaan. Di Indonesia prakarsa-prakarsa masyarakat belum tumbuh. Belum ada semacam critical mass. Massa yang kritis dan bisa mengimbangi antara kekuatan politik yang diperankan oleh Negara, dengan peran Masyarakat. Critical Mass ini seharusnya bisa mengimbangi. Tetapi saya optimis, bahwa pergulatan-pergulatan sejarah ini masih akan terus berlangsung. Jadi sistem dan nilai lama kita belum sama sekali hilang, tetapi sistem baru yang lebih genuine itu belum terbentuk. Reformasi telah berhasil dalam merestrukturisasi sistem. Tetapi sistem itu tidak serta merta membawa pada keadaan. Jika barang mentahnya sampah, maka keluarnya juga sampah. Itulah yang patut kita renungkan untuk membangun Indonesia ke depan. Sekarang orang berebut politik hanya untuk sesaat. Ibarat semua orang ingin menanam pisang, tidak ada yang berpikir untuk menanam jati.

Bagaimana awalnya Bapak sehingga menjadi Ketua Bawaslu?

Bawaslu adalah format baru untuk pengawas pemilu. Pada tahun 2004, pengawas pemilu itu hanya Ad hoc (sementara-red) selama 18 bulan dan yang membentuk adalah KPU. Kalau sekarang yang membentuk dan memilih adalah DPR melalui uji kelayakan di Komisi II DPR RI. Tahun 2007 saya mengikuti proses seleksi itu. Pada awalnya saya diragukan, apalagi karena saya orang daerah. Tetapi saya yakin kalau saya dapat memaparkan konsep saya, orang pasti juga akan mendengar. Jadi saya tidak mengenal uang dan sogokan untuk menjadi ketua Bawaslu. Yang saya lakukan hanya membangun jaringan dan berteman dengan orang banyak. Saya percaya saya punya kompetensi. Kompetensi yang pertama adalah kompetensi akademis/teoritis. Saya seorang pengajar yang terkait langsung dengan mata kuliah tentang pemilu. Kedua, pengalaman praktis saya adalah sebagai ketua panwaslu di Jateng 2004 dan dinilai salah satu yang berhasil. Mengapa? Karena banyak menjerat pelanggaran-pelanggaran pemilu dan disidangkan. Malah rumah kontrakan saya pernah dilempar orang gara-gara sikap tegas saya itu. Saya juga pernah dua kali menjadi tersangka karena dituntut balik, pada kasus PDI Solo.

Sebenarnya peranan Bawaslu itu apa?

Bawaslu adalah lembaga yang dikonotasikan sebagai wasit dalam pemilu untuk tingkat nasional dan pusat. Sedangkan untuk tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan ada Panwaslu. Di luar negri juga ada panwaslu di 180 perwakilan kita di luar negri. Kerjanya mengawasi keseluruhan dan menindaklanjuti laporan atau aduan dari masyarakat. Juga meneruskan temuan. Temuan adalah hasil produk pengawasan. Yang dilimpahkan pada KPU jika pelanggaran adminstrasi pemilu, dilimpahkan kepada penyidik Polri jika pelanggaran tindak pidana pemilu. Lalu menindaklanjuti temuan atau laporan terkait pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, Misalnya kepala daerah yang menyalahgunakan jabatan dan kewenangannya dalam proses pemilu.

Apa langkah konkrit Bawaslu untuk menciptakan pemilu yang berkualitas?

Kami punya tiga pendekatan pengawasan. Pertama, yaitu pengawasan aktif, yang disebut dengan temuan. Kedua, yaitu pengawasan pasif, yaitu berdasarkan laporan atau aduan dari masyarakat, dari pemantau, dari peserta pemilu. Ketiga, pengawasan partisipatif, yang melibatkan pemangku kepentingan lainnya. Di pemilu legislatif yang lalu, hal-hal tersebut sudah kami kerjakan dan akan kami teruskan ke pemilu presiden dan wakil presiden. Kami sudah punya kerangka kerjasama dengan lembaga terkait, baik lembaga Negara resmi maupun lembaga semi Negara. Misalnya, pengawasan terhadap media massa , kami bekerjasama dengan komisi penyiaran Indonesia. Kaitannya dengan dana kampanye, kami juga bekerjasama juga dengan sejumlah pemantau dan forum rektor di Indonesia.

Kasus apa yang paling sulit diawasi Bawaslu?

Dana kampanye. Untuk menelitinya sulit sekali. Namun karena ada kerjasama dengan PPATK akhirnya kami dapat mengecek dana kampanye itu. Lalu politik uang, karena motifnya berkembang dan lebih rapi. Pemilu legislatif kemarin yang masih diributkan adalah manipulasi surat suara. Kami juga mengajukan KPU untuk dipidanakan, namun ditolak oleh kepolisian padahal secara bukti sudah kuat. Tetapi anehnya dari kasus sejenis contohnya di Minahasa Selatan sudah diproses. Sesuai undang-undang ada empat jalur yang dapat kami lakukan. Pertama, menindaklanjuti temuan dan laporan kepada instansi kepolisian jika itu tindak pidana pemilu. Kedua, kepada KPU untuk pelanggaran administrasi. Ketiga, kepada KPU jika dugaan kode etik penyelenggaraan pemilu. Keempat, adalah kewenangan lain yang diberikan undang-undang. Jadi, kalau persoalan carut marut tadi, di situlah KPU harus bertanggung jawab. Kami hanya menindaklanjuti laporan tadi. Jika itu telah kami kerjakan, berarti tugas kami sudah hampir selesai. Tinggal KPU dan Polisi yang menindaklanjuti.

Bagaimana koordinasi antara Bawaslu dengan KPU?

Beberapa kali dalam setiap kesempatan tentu kami lakukan koordinasi. Hubungan secara informal antara KPU dan Bawaslu sangat baik. Tapi harus dibedakan antara hubungan formal dan informal.

Bisa dibilang pemilu sekarang paling buruk, apa yang dilakukan Bawaslu untuk memperbaiki Pemilu nanti?

Sekitar satu bulan sebelum pemilu, kami sudah sampaikan kepada KPU bahwa persoalan logistik belum jelas dan akan berpengaruh terhadap pendistribusian logistik. Kemudian kami merekomendasikan perlunya disusun langkah antisipasi. Tetapi agaknya, KPU merasa defense dan tetap menjamin. Tetapi pada akhirnya terungkap juga pada hari H dan hari setelahnya. Bahkan di hari H-3, kami menyusun suatu kerangka bahwa surat suara yang tertukar antar daerah pemilihan akan menjadi masalah. Oleh karena itu, saya berpikir ini harus ada yang bertanggung jawab. Tidak mungkin ada suatu masalah tanpa ada yang bertanggung jawab. Untuk apa? Sebagai pelajaran. Jadi pejabat publik tidak boleh main-main terhadap keadaan hingar-bingar masyarakat. Masalah ini tidak akan terjadi jika waktu itu bisa diantisipasi.

Kira-kira apa yang menyebabkan KPU tidak menindaklanjuti peringatan yang diberikan Bawaslu?

Saya tidak akan mencampuri urusan rumah tangga KPU. Tetapi begini, pemilu merupakan alat merebut kekuasaan. Jadi bagi pihak yang berkuasa, akan berusaha bagaimana mempertahankan kekuasaan itu. Sedangkan bagi pihak yang ingin berkuasa, bagaimana caranya untuk merebut kekuasaan itu. Nah, pengawas pemilu itu hanya ingin memastikan bahwa dalam konteks perebutan kekuasaan itu sudah sesuai dengan koridor hukum dan peraturan perundangan. Itulah yang menjadi mandat kami. Jelas, namanya pelanggaran merupakan keniscayaan. Maka, harus ada sikap yang arif untuk menempatkan sikap terhadap pelanggaran ini.

Apa yang Bapak garis bawahi pada pemilu legislatif kemarin, dan implemantasi apa yang akan dilakukan pada saat pemilihan presiden nanti?

Terutama pada soal DPT, bagaimana seorang lurah tidak terdaftar sebagai pemilih, atau ada lagi seorang caleg yang tidak terdaftar sebagai pemilih. Padahal syarat menjadi caleg harus terdaftar sebagai pemilih. Inilah carut marut DPT legislatif kemarin. Seharusnya petugas yang disebut PPDP berbasis pada RT/RW. Tidak mungkin RT/RW tidak tahu penduduknya. Dari pemilu legislatif kemarin, politik uang kali ini jauh lebih sophiscated dengan modus yang lebih sulit dijerat. Misalkan dipadukan dengan peserta pemilu yang kebetulan dekat dengan akses kekuasaan di lingkup suatu daerah. Mereka telah menanam investasi-investasi politik uang jauh-jauh hari. Misalnya lewat asuransi, pengobatan gratis, disamping ada juga yang masih memakai cara konvensional, seperti membagi-bagi uang yang mungkin lebih efektif. Lalu, soal dana kampanye, sama prinsipnya dengan politik uang. Misalnya, seorang pengusaha yang berharap akan mendapat keuntungan kebijakan jika mendukung suatu partai untuk meluaskan usahanya. Kalau menyumbang sesuai sesuai alokasi perundangan, tentu tidak ada masalah. Dulu saya pernah melakukan investigasi bagaimana seorang nenek-nenek bisa menyumbang partai politik sampai 100 juta, padahal untuk makan saja ia sulit. Nah, setelah diselidiki ternyata namanya dicatut.

Sekarang ada semacam lempar tanggung jawab, di satu sisi seharusnya KPU yang bertanggung jawab, di sisi lain seharusnya Bawaslu ikut juga karena Bawaslu yang mengawasi. Langkah strategis atau konsolidasi apa antara KPU dan Bawaslu yang akan dilakukan dalam pemilihan presiden nanti?

Kami tidak terlalu menanggapi akan hal lempar tanggung jawab tersebut. Dari perangkat dan kewenangan saja sudah berbeda. Jadi kalau ada yang berpandangan seperti itu, saya kira biasa ya tidak apa-apa.

Setelah pemilu berakhir, apalagi tugas Bawaslu?

Pengawasan pemilu kepala-kepala daerah. Di tahun 2010 ini ada sekitar 250 panwaslu yang harus kita bentuk. Pertama, kita membentuk panwaslu daerah. Kedua, kita akan memsupervisi mereka kaitannya dengan pembinaan karena masing-masing daerah mempunyai khas tersendiri.

Sekarang pemilu legislatif sudah selesai, dan kemungkinan nama-nama wakil legislatif sudah ada. Apa yang Bapak harapkan dari para caleg terpilih dan apakah bapak optimis dengan mereka?

Ada batas di mana saya tidak boleh komentar tentang hasil pemilu karena kode etik. Tetapi saya menempatkan sebagai pribadi, warga Negara biasa yang berada dalam pusaran ini. Tentu produk-produk pemilu menghasilkan manfaat yang besar bagi masyarakat. Produk pemilu itu apa? Tentu para legislator dan presiden/wakil presiden. Kita harapkan agar mereka dapat meningkatkan martabat bangsa dan buatlah suatu kebijakan yang lebih terukur, sistematis dan cepat. Ada anggota legislatif yang kita kenal baik ternyata terjungkal, diganti dari mereka yang lebih baru dan dari golongan lain.

Profesi bapak cukup kontroversial, apakah Bapak pernah mendapat ancaman kaitannya dengan profesi?

Saat ini saya punya dua sms ancaman yang masih saya simpan di HP. Tapi dalam artian fisik hingga saat ini belum ada. Justru teman-teman di daerah yang memprihatinkan, dan saya empati dengan mereka. Dua orang panwas kami di Papua kecelakaan, meninggal di laut dan di udara. Sedangkan di Simalungun dibunuh orang. Anggota kami di Pekan Baru sering diteror. Anggota kami di daerah juga pernah menutup kantor selama tiga minggu karena tiap hari didatangi oleh mereka yang kecewa karena penindaklanjutan laporan mengenai dokumen palsu. Padahal anggota panwaslu sudah melakukan sesuai prosedur. Dan, masih banyak ancaman lainnya.

Sekarang sudah menjadi pejabat, pejabat erat dengan pergaulan lobi, harta, wanita dan tahta. Bagaimana Bapak menyikapinya?

Saya tidak menutup pergaulan dan tidak masalah bertemu banyak orang. Tetapi dengan posisi saya seperti ini, saya mencoba selektif untuk bertemu dengan orang. Jika orang yang tidak saya kenal tentu saya tidak mau. Dan, jika urusan kantor, saya selalu menerima dan bertemu di kantor. Hobi tetap bisa saja tersalurkan, pergaulan tetap bisa dibina, jaringan juga tetap bisa dipupuk, tetapi tidak menjadikan kita terganggu reputasinya. Kita harus cerdas menyikapi keadaan. Jadi, dalam konteks mengambil keputusan, saya tidak mau dipengaruhi oleh hal-hal bersifat teknis dan sangat hati-hati.

Apa yang ditawarkan ke Bapak saat mereka melobi?

Uang juga ada. Terus ada juga yang mencoba mempertemukan dengan seseorang, mungkin agar saya mendapat uang atau apa. Karena itulah saya mulai selektif jika ingin bertemu orang. Terus wanita, namanya laki-laki ya memang ada keinginan, tetapi saya berusaha menjadi suami yang baik. Nah, kalau sudah menjadi suami yang baik, hendaknya menjadi lelaki yang baik juga. Dua kata yang harus dimaknai lebih dalam lagi.

Bagaimana caranya menjaga hubungan baik dengan orang yang pernah melobi Bapak?

Sebagian kan memang sudah kenal sama saya, jauh sebelum saya mempunyai jabatan. Saya pernah juga menjadi konsultan untuk mengaitkan harga saham dengan dunia politik. Saya bergaul dalam batas kehati-hatian saja. Jika membicarakan hal-hal di luar kewenangan saya, dan akhirnya membuat saya tidak independent, pasti akan saya tolak. Apalagi begitu telepon saja akan membicarakan hal-hal yang saya nilai akan mempengaruhi referensi pengambilan keputusan, maka akan saya tolak.

Siapa tokoh yang menjadi idola Bapak?

Bung Karno. Saya pernah sampai ke Alor. Saya pernah ke perbatasan Papua dengan Papua Nugini. Saya pernah ke Maluku Tenggara dan saya pernah membayangkan para tokoh kita. Jika dikaitkan dengan begitu jamaknya potensi Indonesia, ada seseorang atau sekelompok orang yang mengkondisikan mereka. Dari Sabang-Merauke, dari Alor-Talaut itu, mereka satu bahasa dan paham dengan bahasa Indonesia. India saja hanya karena bahasa resmi punya masalah. Filipina juga punya masalah. Baik mereka yang hidupnya masih dalam taraf bersahaja. Maupun yang sudah sangat modern, paham terhadap bahasa Indonesia. Ada nasionalisme yang luar biasa. Ini kalau tidak ada yang mendisain tidak mungkin. Dan orang yang paling bertanggung jawab akan hal ini adalah Bung Karno, Bung Hatta, dan para pendiri bangsa kita. Tidak mungkin ini terjadi alamiah, pasti ada orang yang mendisain. Oleh karena itu, saya menghargai jasa mereka.

Apa yang menjadi pelajaran besar dalam hidup Anda?

There’s no free lunch! Saya termasuk dari keluarga yang sangat bersahaja (sederhana-red) dibilang miskin tidak juga, tapi kalau dibilang kaya raya, jauh ya. Ketika kuliah, awalnya saya tinggal di rumah bude. Tetapi saya mikir kalau terus tinggal di rumah bude, saya tidak akan berkembang. Akhirnya saya memilih kost, walaupun konsekuensinya saya harus bayar. Saya hanya diberi uang tiap bulan hanya Rp. 15.000. Pada tahun 90-an, kost harganya 12.000, itu pun sudah beberapa kilo dari kampus. Akhirnya saya berusaha agar dapat mencukupi. Untunglah saya pernah menjadi kontributor 2 majalah ibukota. Lalu pernah jadi loper koran juga. Saya juga pernah membantu jadi tukang ketik dengan 10 jari. Saya pernah mencuri buku-buku di perpustakaan karena tidak mampu beli. Tetapi akhirnya saya kembalikan lagi saat lulus.. Bahkan untuk masuk seminar saja, saya mesti ngumpet-ngumpet.

Wanita seksi di mata Bapak? Saya pernah menjadi staff dari seorang anggota DPR, politisi kenamaan, punya gelar bagus dan cerdas. Terus terang saya terkadanag terangsang kalau melihat dia bicara, sasat dia menjelaskan sesuatu. Libido saya naik ketika melihat wanita cerdas. Saya bayangkan istri saya seperti itu. Jadi keacerdasan itu seksi, tidak semata dari fisik. Justru lebih dahsyat muncul pikiran-poikiran cerdas dan itu pernah saya alami. Jadi seksi menurut saya muncul dari orang yang smart. Smart is sexy!