Ketua Bawaslu Nur Hidayat Sardini Wisata Kuliner Di Mushola
Senin, 28 September 2009 , 11:05:21 WIBMedia: Koran Rakyat Merdeka Hari: Sabtu, 26 Sept 2009
Jika Idul Fitri tiba, Ketua Badan Pengawas Pemilu Nur Hidayat Sardini tidak tahan jika tidak mudik. Lelaki kelahiran Desa Kertoraharjo, Kecamatan Buaran, Kota Pekalongan ini bercerita, dirinya sangat kental mengikuti tradisi keluarga NU yang merupakan kehidupan keseharian masyarakat di sekitarnya.
?Sebagai anak yang dibesarkan dan dididik di lingkungan NU, saya mengalami masa-masa yang tak terlupakan. Sejak kecil saya belajar di madrasah, SMA saja saya di sekolah negeri,? ujarnya Nur Hidayat Sardini kepada Rakyat Merdeka.
Mantan Ketua Panitia Pengawas Pemilu Jawa Tengah ini selalu merindukan masa-masa ketika tinggal di kampungnya. Apalagi jika memasuki Idul Fitri. ?Kami suka berkeliling door to door. Saling meminta maaf satu sama lain, berjalan kaki satu kilometer lebih utnk saling berkunjuing dan salam-salaman,? katanya.
Kebiasaan yang sering juga dilakukan di tempat kelahirannya itu adalah menikmati berbagai jenis makanan di mushola. Kemudian kita saling berbagi makanan dan menikmatinya bersama-sama. Ibaratnya wisata kuliner,? katanya.
Tidak lupa dia juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga. Saling bermaaf-maafan itu terjadi dalam suasana ceria. ?Ya minta maaf kepada orangtua, kepada saudara-saudara kita. Lebaran tidak lepas dari saling memaafkan dan saling berkunjung,? ujarnya.
Tradisi di kampungnya mewarnai bulan puasa dan lebaran. Ketika di SMP dan SMA, Nur Hidayat Sardini bersama teman-temannya sering ikut pasaran sepanjang Ramadhan. ?Pasaran itu semacam kursus singkat pesantren selama bulan puasa. Sering kita mengunjungi pesantren-pesantren sampai ke Jawa Timur, ke Tebu Ireng, ke pesantrennya Gus Mus dan lain-lain,? kata Nur Hidayat Sardini.
Selama mengikuti pasaran, banyak ilmu agama yang diberikan guru-guru di pesantren sebagai bekal jiwa. ?Jumlah orang yang ikut pasaran cukup banyak. Kita diberikan pemahaman Quran, nasihat-nasihat tentang kehidupan, kebijaksanaan-kebijaksanaan. Biasanya kita pulang sebelum lebaran. Kita sudah memiliki pengalaman baru saat kembali ke kampung,? ujarnya.
Nur Hidayat Sardini sering merindukan masa-masa kecil dan remaja di kampungnya itu. ?Saya sering teringat masa-masa itu. ?Sekarang suasana di kampung saya sudah banyak yang berubah,? katanya.
Jika tengah malam hingga menjelang sahur, Sardini bersama teman-teman sebayanya suka berlomba-lomba membunyikan Jidur. Jidur terbuat dari bahan kertas semen dan dibentuk menjadi bedug. ?Sekitar pukul dua pagi hingga menjelang sahur, kami berlomba memukul Jidur sekeras-kerasnya. Bersaing dengan Jidur kampung lain, sekalian menbgingatkan oaran-orang untuk bersahur,? katanya.
Bagi Nur Hidayat Sardini, masa-masa Ramadhan di kampungnya itu amat indah. Menjadi kenangan yang akan dirindukannya pada bulan puasa tahun depan. ?Ramadhan di sana sungguh sangat terasa sekali suasananya,? katanya.
(Dio, 28/9/09)