Kegiatan Hari Selasa, 29 September 2009.

Rabu, 30 September 2009 , 13:14:05 WIB
Kegiatan Hari Selasa, 29 September 2009.

 

nhs-pingpong

Pagi ke kantor dulu

? Hari ini, pukul 09.00 WIB, saya sudah tiba di kantor. Selesaikan semua yang menjadi kewajibanku, mendisposisi surat-surat masuk yang tumpukannya kadang bisa menutupi pandangan orang karena tingginya, menandatangani berkas-berkas. Juga membereskan hal-hal kecil lainnya.

Semuanya harus diselesaikan karena sampai hampir tengah malam saya menghadiri acara Halal Bihalal dan Perpisahan dengan Segenap Anggota Komisi II DPR RI, di Bidakara Hotel.

Sebagai pengelola Bawaslu saya harus datang sepagi mungkin, mengerjakan tugas rutin secepat dan setepat mungkin. Karena jalannya roda organisasi pasti akan terhambat kalau saya tidak cakap menjalankan tugas-tugas rutin yang melekat.

Bahkan pintu apartemen saya, terbuka bahkan tengah malam untuk hal yang mendesak atau urgent. Sering staf datang lewat tengah malam atau dini hari untuk hal-hal yang urgent tersebut. Tentu saja staf merasa tidak enak, kerena merasa telah mengganggu waktu saya untuk beristirahat. Tapi saya katakan bahwa saya diinapkan di apartemen ini untuk mempermudah kinerja ketua, mengcover semua pekerjaannya.

Negara sudah memfasilitasi saya, sehingga saya pun harus mendedikasikan segenap kemampuan dan waktu saya. Tidak perlu sungkan-sungkan. Staf di Bawaslu sangat memahami: mana-mana surat atau berkas yang secepatnya harus ditandatangani atau didisposisi. Dengan senang hati saya membantu staf untuk menjalankan tugasnya.

? Sejam berikutnya saya menuju ke sebuah instansi puncak dalam penegakan hukum di republik ini. Bermaksud konsultasi seperti yang dijanjikan saat saya kontak sehari sebelumnya. Saya datang sesuai janji yang sudah diarrange sebelumnya. Tapi mendadak beliau harus pergi memenuhi panggilan pejabat yang lebih tinggi lagi. Jadinya saya kecele. Tapi biarlah karena konsekuensinya harus demikian. Syukurlah beliau SMS balik, memberitahukan kalau beliau tidak bisa menerima saya karena mendadak harus menghadap seseorang yang identitasnya sudah saya ketahui itu.

Jam ditangan saya sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, saya pun kembali ke kantor. Setiba di kantor saya melanjutkan pekerjaan hingga sore hari. Saya merampungkan pematangan persiapan Pilkada. Persiapan pemilu daerah ini wajib dipersiapkan lebih matang lagi. Saya sempatkan membaca kembali literatur, dokumen-dokumen, atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan Pilkada.

? Jelang sore saya menutup laptop. Masuklah Pak Kepala Sekretariat (Kasek) Bawaslu ke ruang kerja saya. Kami mendiskusikan banyak hal terkait roda organisasi Bawaslu. Pak Kasek melaporkan rencana-rencana yang sudah disusunnya. Pada pleno kesempatan pertama akan diangkat sebagai agenda pembahasan. Pak Kasek juga singgung rencana sosialisasi pengawasan pemilu dalam Pilkada. Saya katakan bahwa banyak hal yang sebenarnya sudah dilakukan Bawaslu dan Pengawas Pemilu pada Pemilu Legislatif dan Pilpres.

Aspek publisitaslah yang agaknya masih menjadi titik lemah dari lembaga ini. Akibatnya orang ramai tidak menangkap selengkap-lengkapnya apa yang sudah dikerjakan Bawaslu dan jajaran Panwaslu di seluruh tanah air. Titik lemah ini harus segera dibenahi. Disinilah peran Humas menjadi menentukan. Dan, Pak Kasek kami ini akan besar-besaran menyodorkan konsep kepada Pleno Bawaslu. Kita tunggu saja konsep beliau.

? Sekitar pukul 16.00 WIB satu dua staf masih keluar masuk ke ruanganku. Minta tanda tangan, minta saran bagaimana langkah yang sudah ditetapkan guna mendapat persetujuan dengan tanda tanganku. Juga sejumlah staf yang masih menyodorkan tangan guna berjabat tangan, karena kemarin belum sempat silaturahmi ke saya. Di samping itu, tamu-tamu Panwaslu daerah juga satu dua yang saya layani. Mereka bercerita tentang perkembangan Panwaslu di daerah. Juga lebaran di daerah masing-masing.

Mereka menanyakan ikhwal Panwas Pilkada. Apakah mereka pula yang harus mengawasi Pilkada. Atau ada Panwaslu baru yang akan dibentuk belakangan. Namun satu hal, mereka ingin agar pembentukan Panwas Pilkada harus sesuai dengan UU No 22 Tahun 2007. Bahwa pembentukannya harus tepat waktu, yakni selambat-lambatnya sebulan sebelum tahapan pertama dimulai.

Nah, kalau mendapat pertanyaan yang satu ini, saya mendeskripsikan kronologis apa yang sudah kami lakukan. Juga bagaimana perkembangan serta sikap-sikap lembaga lain. Ini karena pembentukan Panwas Pilkada juga terkait dengan bagaimana respons KPU atau Depdagri. Maunya kita sih agar cepat saja. Bila perlu Panwas yang sekarang-lah yang dijadikan Panwas Pilkada.

Main Pingpong dulu

? Selama libur lebaran ini saya tidak pernah olah raga. Rasanya badan jadi kurang sehat. Mungkin tidak ada keringat yang keluar. Padahal kata sebuah majalah kesehatan, seharusnya setiap orang mesti mengeluarkan keringat dalam satu harinya. Itulah yang antara lain bisa menangkal penyakit-penyakit salah satunya diabetes.

Agar berkeringat, tentu harus berolah raga. Olah raga sekenanya saja. Kebiasaan saya di sela-sela rutinitas pekerjaan, saya sempatkan main tenis meja atau pingpong. Olah raga ini paling murah bagi saya. Tidak perlu waktu secara khusus. Cukup ganti pakaian, ambil peralatan dan bola pingpong, jadilah keringat terpancar. Saya termasuk yang traumatis kalau dalam satu hari tidak keluar keringat. Ibu saya, almarhum, di akhir usianya, meninggal dalam kondisi kena diabetes melitus.

Saya pernah menunggui beliau hingga empat bulan di RS Pekalongan pada tahun 2001 dan tahun-tahun sebelumnya. Sembuh, namun karena tidak lagi terkontrol menu makanannya, akhirnya masuk RS lagi dan tak seberapa lama kemudian beliau dipanggil Tuhan. Inna lillahi wainna Ilaihi rojiun. Moga jembar kuburane.

Karena tidak ingin seperti itu. Tiap enam bulan sekali saya melakukan general check up di Lab Klinik Prodia. General check up terakhir, hasilnya kondisi kesehatan tubuh saya dinilai bagus. Gula darah baik, asam urat baik meskipun di ambang atas, paru-paru pun demikian meski istri mulanya agak khawatir karena saya termasuk perokok. Saya ingin tetap fit dan menjaga kondisi sehat tersebut. Selain dua-tiga kali dalam satu minggu saya jalan kaki di kompleks apartemen tinggal saya, saya pun rajin berolah raga. Olah raga itu adalah ping pong !

? Ping pong memang olah raga murah, praktis. Soal pingpong saya termasuk pemain kelas papan atas di gedung Bawaslu ini. Partner ping pong yang paling saya suka adalah Aceng. Lop-lop panjang dalam gaya permainannya menantang sehingga maksud untuk menguras keringat bisa tercapai. Partner kedua, dan selama ini belum bisa saya kalahkan adalah Paka Dhar—staf di Bagian Umum. Di luar itu, Insya Allah bisa saya kalahkan, atau paling kurang draw-lah. Sisanya adalah para pemain kelas bawah, pemula, atau yang sekadar basa-basi. Namun ada juga yang sekarang ingin menyenangkan saya. Pura-pura kalah atau mengalah, karena mungkin dia merasa tidak enak kalau bisa mengalahkan saya.

Wah, kalau yang ini pasti saya tidak mau menjadi mitra tandingnya. Biasanya langsung saya matikan permaiannya. Di-smash-kan melulu saja. Buat tidak berkutik sama sekali. Orang model ini justru dari “pendamping setiaku”: Fr inisial namanya. Lulusan IAIN Pekalongan ini, yang juga eks Ketua Umum sebuah Ormas mahasiswa di kota itu, jelek sekali permainannya. Orang main ping pong seperti main bulu tangkis saja. Cara memegang alat pingpong seperti pegang centong. Dikira mau masak nasi, kali. Parah nian!!!!

Makan di kantin

? Sehabis main ping pong dengan Aceng, keringat mengucur deras. Deras sekali sampai kaos yang saya pakai bisa diperas. Tapi saya sangat menikmatinya. Karena memang itulah tujuan saya. Yang penting hari ini saya keluarkan keringat. Terus saya makan malam di belakang kantin gedung.

Kantin “Two Brother” begitu para staf Bawaslu menamakannya. Kantin ini selalu ramai didatangi pelanggannya, konon sudah terkenal di seantero Thamrin. Saya makan lahap. Tentu bersama staf lainnya. Forum sopir suka nongkrong di situ. Sekalian makan malam bareng mereka. Menu tersaji, standar gizi terpenuhi, paling kurang ada sayur, lauk, buah-buahan, dan juga krupuk. Pete kesukaan saya juga tersedia disini. Soal pete ini biasanya pasti bikin ribut dengan istri. Bau pada pembuangannya. Tapi biarlah, yang penting kan enak??? Makanan harus enak, selain tentu memenuhi asupan gizi secukupnya. Kata ahli gizi, menu makanan mesti seimbang. Seimbang yang paling bagus adalah seimbang dengan isi kantong. Ha…Ha…Ha…!

(Dio, 30/09/09)