Agenda Ketua Bawaslu Kamis, 1 Oktober 2009.
Jum'at, 02 Oktober 2009 , 00:09:59 WIB
Pelantikan anggota DPR RI dan DPD RI. ? Bersama anggota Bawaslu, saya menghadiri pelantikan/pengambilan sumpah anggota DPR RI dan DPD. Para ibu anggota Bawaslu terlihat kompak dengan baju berwarna brokenwhite berbordir lengkap dengan pernak-perniknya.
Pelantikan digelar di ruang rapat Paripurna Gedung Nusantara I,kompleks DPR RI Senayan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Suasana hiruk pikuk di gedung parlemen kita ini sudah terasa sejak tadi pagi. Saya sudah datang tiga puluh menit sebelum acara dimulai. Saya tepat waktu, karena itu pula yang diminta KPU sebagai pihak pengundang.
Pertama masuk pelataran, suasana sudah demikian meriah. Saya lihat mereka yang bakal dilantik mejeng di tangga menuju ruang utama. Mereka sedang mengabadikan momen sebelum pelantikan. Ada dengan pasangannya, ada pula dengan koleganya. Terlihat pula Paspampres menjaga di setiap sudut ruangan.
Sepertinya tak sejengkal pun luput dari pengawasan mereka. Sebagian para pejabat tinggi negara sudah berada di lokasi. Para insan media, di sana sini, sibuk mencari sumber-sumber berita. Termasuk aku pun tak luput dari pertanyaan mereka.
Ada yang tanya tentang perkembangan dana kampanye, ada pula yang menanyakan kelanjutan kasus-kasus dokumen persyaratan pencalonan yang pernah diperkarakan oleh Bawaslu/Panwaslu.
? Saya masuk ke ruangan, ruangan luas ini nampak dipenuhi dengan anggota legislatif dan DPD yang hendak dilantik dan undangan-undangan lainnya. Nampak penuh sesak, dibandingkan dengan sidang paripurna yg nampak kosong melompong di gambar-gambar foto media.
Saya disambut karpet merah yang terhampar hingga ke ruang sidang utama. Formal sekali, protokol bekerja menghantarkan tamu yang diundang. Saya diantar staf protokoler KPU yang sudah saya kenal baik hingga ke kursi tempat duduk.
Saya mendapat tempat duduk di sebelah kiri Ketua MK Prof. Mahfud MD. Sebelah beliau berturut-turut Ketua MA Harifin A Tumpa, Ketua KPU Prof. Abdulhafiz Anshori, dan di ujung terlihat Ibu Mufidah Jusuf Kalla.
Sementara di sebelah kiri saya, mantan Ketua DPR Dr. Agung Laksono. Di belakang saya adalah anggota KPU dan Bawaslu. Di sekeliling dan sebelah kiri saya tampak para menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Hampir semua menteri ada di sana. Juga para pejabat tinggi setingkat menteri. Di balkon sebelah kiri saya adalah para anggota KPU provinsi, yang sebagian besar saya kenal nama-namanya. Berbagi dengan para tamu undangan lain. Di balkon pula korps musik—yang belakangan mengiringi lagu kebangsaan kita. Di depan kami terhampar ke-560 anggota DPR RI.
? Di sebelah mereka duduk para anggota DPD. Saya melihat dari jarak dekat sejumlah nama yang sudah saya kenal. Di antaranya adalah mantan Ketua Umum PB HMI Taufik Hidayat. Terlihat pula Bambang Wuryanto. Di sebelah belakang mereka duduk Hajriyanto Thohari.
Berbaur pula sejumlah nama yang sebagian besar sudah saya kenal. Sebagian yang lain kenal tapi belum tentu saya hafal nama-namanya. Di sebelahnya ada mantan Ketua MPR bersama Ny. Amien Rais. Di sekitar belakang mereka adalah sejumlah pejabat lembaga negara, badan, dan komisi. Bercampur mereka itu dengan para gubernur se-Indonesia yang juga hadir.
Begitu arah pandang ke sebelah kiri, segera tiba Gubernur Lemhanas Prof. Muladi. Saya menghampiri mantan Rektor Undip ini. Kami terlibat akrab dalam pembicaraan. Maklum, saya mulai bekerja di Undip sewaktu beliau masih menjabat sebagai Rektor Undip.
Pimpinan Sidang Sementara ? Tak berapa lama kemudian hadir Wapres Jusuf Kalla bersama rombongan. Hadirin dipersilakan berdiri menyambutnya. Wapres didampingi pimpinan sidang sementara DPR Marzuki Alie dan Priyo Budi Santoso. Selepas Wapres menyesuaikan dengan tempat yang disediakan, hadirin dipersilakan berdiri kembali. Lagu Indonesia Raya berkumandang. Sungguh syahdu dan tertib nian pada siang hari ini.
Tidak seperti Sidang Paripurna DPD dalam rangka penyampaian pidato Presiden SBY, yang entah mengapa luput dari nyanyian lagu kebangsaan ini. Saya ingat, kala itu insiden tidak sempat dinyanyikannya lagu kebangsaan tersebut mengundang interupsi dari Panda Nababan dan AM Fatwa. Kali ini benar-benar tertib.
Prosesi pengambilan sumpah/pelantikan dimulai. Pimpinan sidang sementara Marzukie Ali memimpin sidang. Calon ketua DPR ini memulainya dengan mengheningkan cipta. Hadirin diminta berdiri. Kami diajak untuk mengingat jasa para pahlaman. Juga mendoakan para korban bencana di Sumbar dan sekitarnya. Khidmat!
? Dipimpinnya persidangan sementara oleh Marzuki dan Priyo berdasarkan ketentuan suara terbanyak pertama dan suara terbanyak kedua kursi di DPR RI. Marzuki adalah Sekjen Partai Demokrat, Priyo adalah Ketua DPP Partai Golkar.
Saya menyaksikan wajah-wajah cerita para wakil rakyat kita yang baru ini. Kegembiaraan mereka mungkin berangkat dari seleksi sehingga mereka terpilih sebagai wakil rakyat yang demikian ketat. Sebagian di antaranya tentu pernah berurusan dengan Bawaslu/Panwaslu. Paling kurang empat nama yang pernah kami usulkan untuk ditunda atau bahkan dibatalkan penetapannya.
Tapi tugas kami memang begitu. Justru kehadiran tugas dan wewenang Pengawas Pemilu guna memastikan bahwa mereka-mereka memang pantas dan layak untuk menjadi wakil rakyat. Karena kami pun sadari sejumlah hal tidak bisa seluruhnya kami kawal. Itu pun berangkat dari sejumlah persoalan yang tidak seluruhnya bisa kami lakukan.
Namun sebatas mandat kami dalam UU, maka itulah yang pada akhirnya harus kami lakukan. Kalau puas dan tidak puas, tentu setiap keputusan muskil akan memuskan seluruhnya. Dan, perhelatan yang dikabarkan memakan anggaran hingga milyaran rupiah ini, merupakan puncak dari pengakuan keterpilihan mereka sebagai wakil rakyat. Ada yang mengkritik soal besarnya anggaran ini.
Suasana prihatin ? Pelantikan ini dilakukan dalam suasana penuh keprihatinan. Gempa bumi di Padang, Pariaman, dan Sumber pada umumnya tidak bisa sepenuhnya lepas dari suasana duka kita semua. Korban dikabarkan mencapai 500-an—saat catatan harian ini ditulis. Belum termasuk korban-korban yang hingga saat ini belum ditemukan. Yang terluka berat dan ringan belum juga diketahui angka pastinya.
Harta benda serta infrastruktur lainnya juga belum juga terhitung. Kita pantas berduka. Para wakil rakyat dan kita semua sudah barang pasti harus berbuat untuk meringankan penderitaan mereka. Ke depan agar pemerintah bisa mengantisipasi hal-hal sedemikian. Konon kan sudah pernah dipasang early warning system di lautan sekitar Samudra Hindia sekitar Sumatera.
Menurut laporan media massa hasil analisis ahli gempa, pasca gempa Tasikmalaya akan dimungkinkan akan terjadi gempa yang lebih signifikan di kawasan subduksi tersebut. Ini harus menjadi pelajaran.
Yang penting sekarang perlu bala bantuan segera kepada mereka yang menjadi korban. Anggota parlemen yang dilantik di hamparan depan saya ini moga bisa menjadi pihak yang memperhatikan mereka yang jadi korban. Termasuk pula pemerintah, tentunya.
Anggota baru, sudah dihadang pekerjaan ? Menurut laporan media, anggota DPR yang sekarang (2009-20014) dilantik ini sudah menghadang tugas. Sebanyak 271 rancang undang-undang belum selesai dikerjakan. Saya kutip dari media Detik.com (1 Oktober 2009), dari sebanyak 279 RUU yang masuk dalam Prolegnas itu, baru sekitar 26%-nya yang sudah dirampungkan.
Selebihnya, yakni 205, belum disahkan. Sisanya, yakni 115, yang sama sekali belum diproses. Tapi justru DPR melakukan RUU yang mulanya tak diagendakan dalam Prolegnas malah dibahas. Angka ini ada 174, sementara 111 di antaranya berhasil diundangkan. Dan, 63 RUU belum genap digarap.
Nah, sebanyak 268 RUU yang menjadi tanggungan DPR periode baru merupakan gabungan dari 205 RUU prolegnas dan 63 RUU non-prolegnas. Sedangkan total UU yang disahkan DPR periode 2004-2009 adalah 185 buah. Di luar itu, dari sebanyak 185 UU tersebut, menurut Efriza sebagaimana dikutip media Detik.com, sebanyak 73 (20%) di antaranya diujimaterikan ke MK. Yang paling banyak di-MK-kan adalah UU No. 10 Tahun 2008. ***(bersambung)
(Dio, 01 Okt 2009)