Agenda Ketua Bawaslu Jumat, 02 Oktober 2009

Senin, 05 Oktober 2009 , 11:31:37 WIB
Agenda Ketua Bawaslu Jumat, 02 Oktober 2009

 

Bangun, pergi ke Cikarang

Berat sekali rasanya saya membuka mata pagi hari ini. Maklumlah, baru pukul 02.00 dini hari saya tiba di apartemen. Bergelut memerangi rasa kantuk yang mendera, pandangan saya menyapu ruangan sampai akhirnya terhenti menatap dinding, saya mencari jam dinding. Jarum jam menunjukkan angka 6 pagi.

Pagi seakan enggan beranjak untuk pergi, pelan sekali merayap menuju siang hari. Saya bergegas bangun. Masih terhuyung-huyung melakukan senam ringan: tekuk kaki ke kiri, kanan, atas-bawah. Tangan tarik ke belakang, ke atas-bawah-atas lagi. Putar-putar badan, melemaskan otot-otot yang tegang.

Tidak dapat dilakukan lama-lama. Asalkan sudah berkeringat sedikit cukuplah. Pagi ini saya melewatkan untuk membaca koran, rencananya akan saya lakukan di dalam mobil sepanjang perjalanan nanti.

Selesai mandi pagi terus sarapan. Berkemas, lalu pergi ke acara yang sudah ditetapkan. Hari ini ada acara penyusunan revisi rencana strategis Bawaslu. Sesuai ketentuan, untuk departemen/lembaga yang dibiayai APBN, diharuskan untuk menyusun Renstra.

Sebagai lembaga yang taat akan aturan, Bawaslu pun mesti memenuhi ketentuan tersebut. Oleh tim yang sudah disusun Pak BEC dan Kabag Rengar, forum pembahasan harus berjalan dengan baik. Saya tidak mau ketinggalan memenuhinya.

Bersama staf saya meluncur ke Hotel Sahid LIPPO Cikarang, Bekasi. Kondisi lalu lintas lancar. Perjalanan yang biasanya ditempuh hingga dua jam, akhirnya cukup sejam. Saya datang tepat waktu. Masih sempat menikmati sarapan pagi dan berbincang-bincang dengan staf yang sudah sejak malam berada di hotel, saya minta maaf kepada istri tercinta karena tadi tidak sempat sarapan di rumah padahal sudah disiapkan.

Ditunda, pelantikan MPR RI

Hadir di sebuah acara sesuai waktu yang ditetapkan dalam undangan belum tentu mengenakkan. Itu seperti yang saya alami semalam. Saya hadir di acara pelantikan anggota MPR, yang digelar KPU. Acara ini merupakan rangkaian dari acara pelantikan anggota DPR dan DPD, kemarin pagi dan siangnya.

Dalam undangan tertulis Kamis 1 Oktober 2009 pukul 23.00 WIB. Saya sudah berada di lokasi sejam lebih sebelumnya. Karena tidak banyak tamu yang tampak serta para anggota parlemen tampaknya juga belum selesai dan ke keluar dari ruang sidang utama, maka saya menunggu dan ngobrol dengan sejumlah orang yang saya kenal. Saya berada di luar sebelah-sayap kiri pintu ruang utama. Di sana saya lihat sejumlah penulis berita dan anggota sebagian protokol KPU. Ngobrol ngalor ngidul di sana !

Sekitar 30 menit sebelum waktu acara dimulai, saya datang ke pintu ruang sidang utama. Seisi ruang belum juga keluar. Tanda-tanda bakal dimulainya acara sesuai undangan belum terlihat. Di dalam ruang para anggota parlemen kita masih bersidang. Sementara saya lihat sebagian tamu undangan sudah datang.

Tampak juga sejumlah undangan orang bule/asing. Mungkin undangan dari Perwakilan Negara Sahabat, pikirku saat itu. Di sebelah yang lain saya lihat para tamu undangan yang dari departemen atau lembaga, seperti yang kemarin saya lihat juga. Sedang asyik mencari tahu karena tanda-tanda acara belum akan dimulai, saya digandeng sejumlah orang untuk ngobrol bareng di sebelah kanan saya pintu utama ruang sidang.

Jadilah kami ngobrol sepuas-puasnya. Saya ngobrol dengan sejumlah wakil rakyat. Tapi tak seberapa lama saya dikontak Protokol KPU Suyadi yang saat saya tiba tadi bersua di sayap kiri luar, untuk dipersilakan gabung dengan Ketua dan Anggota KPU yang saat itu berada di VIP Room DPR/MPR. Dengan senang hati saya memenuhinya. Toh karena belum ada kepastian kapan acara akan dimulai.

Di ruang VIP formasi personal KPU lengkap. Ada Ketua, Anggota, Sekjen, dan Wasekjen KPU. Tak seberapa lama masuklah Ketua DPR, Sekjen MPR, dan sejumlah pimpinan administrasi lembaga-lembaga terkait. Anggota Bawaslu juga tampak di sana: Pak BEC yang sudah datang lebih awal, sementara Bu WS datang bergabung belakangan.

Wah, ada persoalan rupanya. Terjadi miskoordinasi, sehingga acara boleh dibilang berantakan. Yang satu merasa belum diberi tahu perubahan jadwal, satunya lagi merasa dilangkahi karena tidak adanya konfirmasi, satunya lagi menyatakan bahwa persoalannya pada peserta yang keluar tanpa mendapat kepastian apakah acara akan tetap dilanjutkan atau dibubarkan.

Rupanya pimpinan sempat mengumumkan bahwa acara ditunda hingga esok hari pulul 10.00 WIB, sementara elite lembaga memasrahkan persoalannya pada pihak yang memang seharusnya bertanggung jawab pada urusan-urusan teknik.

Diperoleh kabar bahwa Wapres yang sedianya akan hadir, menurut sumber-sumber di Paspampres sudah di jalan menuju kompleks DPR/MPR. Namun katanya dibelokkan lagi ke kediaman beliau. Pada pertemuan itu diputuskan tentang siapa yang besok hari bertanggung jawab atas pelaksanaan acara.

Juga bagaimana memperlakukan para perwakilan negara sahabat yang sempat hadir di lokasi. Ini kan bisa memalukan bangsa dan negara. Betapa tidak terorganirnya acara kali ini. Pertemuan berakhir bubar undangan kocar-kacir!

Ngobrol hingga tengah malam

 

Dari ruang rapat, saya keluar dari kompleks DPR/MPR. Telah menghadang saya adalah DW, tamu dari Banyumas. Dia seorang senior saya di KAHMI Jawa Tengah. Bersama saya, dia termasuk Presidium KAHMI Jawa Tengah.

Personal presidium yang lain adalah Pembantu Rektor II Unissula (Gn), Kepala Diklat Depag Jateng-DIY (JH), dan Ketua Komisi E DPR Provinsi Jateng (IW). Kami ingin membicarakan suara saya terkait dengan rencana bakal digelarnya Munas KAHMI Nasional di Jakarta, 8-10 Oktober 2009.

Saya ajak Bang DW ke Pasar Festival, namun sudah ditutup. Saya akhirnya larikan ke café di SPBU Kuningan dekat apartemen. Kami ngobral di sana sepuas-puasnya. Saya katakan ke Bang DW, agaknya saya sulit untuk bisa hadir di acara Munas KAHMI, mengingat saya sudah dipatok acara evaluasi pengawasan dan penegakan hukum Pemilu di Bali, yang telah lama disepakati/difasilitasi bersama MDP-UNDP.

Seperti prinsip yang saya pegang, dalam kondisi apapun saya akan mengutamakan Bawaslu daripada kepentingan pribadi atau pun golongan. Terkadang kepentingan waktu untuk keluarga sekalipun. Itulah bunyi sumpah saat pelantikan yang saya pahami. Termasuk acara KAHMI ini saya agak sulit untuk bisa hadir. Maka pertemuan dengan Bang DW itu demi mengatur teknis pelaksanaan, juga sikap politik yang mesti disampaikan ke forum, dan lain-lain teknis.

Bahas Renstra Bawaslu

Kembali ke soal Renstra tadi. Forum diawali dengan pembukaan. Seperti biasa, saya diminta untuk membuka acara ini. Saya katakan bahwa lembaga Bawaslu adalah lembaga baru. Setahun lebih perjalanannya belum banyak dapat dijadikan rujukan penilaian terhadap lembaga ini. Yang terasa sekali, meski lembaga baru, namun rute dan ritmis kerja kami harus bisa mengimbangi dengan lembaga-lembaga yang sudah mapan sebelumnya.

Mitra kerja Bawaslu adalah instansi penegak hukum, yang umurnya seusia republik. Mitra kerja Bawaslu adalah KPU, yang paling kurang sudah 12 tahun malang melintang dalam dunia kepemiluan—model penyelenggara era reformasi.

Begitu dilantik pun anggota Bawaslu belum difasilitasi oleh pemerintah. Staf pun belum ada, kecuali beberapa hari berikutnya kami mengundang keterlibatan relawan yang kami undang dari Perludem. Dalam situasi seperti itu pun sempat kami menyusun Renstra. Waktu itu difasilitasi oleh lembaga Kemitraan.

Ada lho sebuah lembaga yang mengurusi Pemilu, namun belum belum sempat susun Renstra ! Nah, kini dokumen Renstra mesti disesuaikan dengan kondisi, terutama karena aturan yang memang mengharuskan demikian. Moga Bu Siliwanti dan Pak Syafrial dari Bappenas sedikit bisa memahami apa yang pernah kami lakukan, lebih setahun yang lalu itu. Seharian kami membahas Rentra dimaksud, juga hingga esok harinya. ***

(Dio, 5/10/2009)