Agenda Ketua Bawaslu Rabu, 9 Oktober 2009

Selasa, 13 Oktober 2009 , 14:25:37 WIB
Agenda Ketua Bawaslu  Rabu, 9 Oktober 2009

Dunia Wisata Bali punya dunia. Dari Bali Indonesia dikenal di manca negara. Kata orang, seringkali wisatawan tahunya Bali daripada Indonesia. Saya coba tanyakan itu kepada Pak Juana, Ketua Panwaslu Bali yang sekaligus dosen pariwisata. Sebagian besar benar dan sebagian yang lain sudah tidak relevan dengan kalimat itu. Benar bila beranjak dari siapa wisatawan yang datang. Maksudnya, bila latar belakang turis adalah orang kebanyakan, bisa jadi kalimat tadi benar.

Lagian itu pun pada waktu-waktu yang lalu. Nah, sekarang, orientasi wisatawan sudah berubah. Ini pun dipengaruhi orientasi negara dan pemerintah tempat wisatawan berasal dan juga berlatar belakang. Apalagi dengan peristiwa Bom Bali pada 2003, hubungan pemerintah negara dengan asal negara turis makin erat. Sebagai contoh, dengan Australia makin menempatkan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang utama.

WN mereka lebih memilih Bali daripada Thailand, misalnya. Sejak Bom Bali Australia memperhatikan benar tentang perkembangan apapun dari Indonesia. Mereka concern mengingat nasib warganya bila berkunjung ke Bali ini. Instrumen perhatian Pemerintah Australia terlihat dari travel warning yang sering mereka terbitkan bila sumber-sumber intelijen mengharuskan ke arah sana. Menarik Pemuda Bali

Keliling ke Bali yang tampak adalah nuansa tradisionalitasnya. Bagi saya, Bali adalah dunia turisme. Menurut Pak Ju, para pemuda Bali belakangan ini lebih memilih tidak bertani. Mereka lebih senang kalau bisa terlibat dalam mata rantai dunia pariwisata. Bahkan di sejumlah daerah seperti di Badung, para pemuda lebih besar keterlibatannya dalam berpariwisata. Entah menjadi guide, entah pula bekerja sebagai apapun dalam konteks dunia turismo ini.

Dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain yang sebenarnya tidak kalah eksotisme-nya, yang menang dari Bali ialah ethos kerja turisme-nya tadi. Di sejumlah daerah di tanah air memiliki daya tarik alam yang luar biasa pula. Namun pengelolaannya tidak sebagus di sini. Selain pemerintah daerahnya yang memang menempatkan industri pariwisata sedemikian kuat, pula masyarakatnya yang menyadari benar betapa pentingnya dunia wisata. Kesadaran itu sudah tertanam kuat di masyarakat Bali. Inilah kelebihan Bali. Masyarakat, seniman, pemerintah daerah, sudah sama-sama menyadari kekuatan dunia wisata.

Indikator Indonesia Bali adalah indikator keamanan Indonesia. Peristiwa Bom Bali yang pertama ataupun yang kedua telah meluluhlantakkan dunia pariwisata di sini. Lagi-lagi Pak Ju bercerita, pada waktu peristiwa Bom Bali, hampir semuanya merugi. Kerugian tidak saja diderita mereka yang jelas-jelas terlibat dalam mata rantai dunia pariwisata di tingkat hulu, namun pula mereka yang terlibat di tingkat hilir seperti industri penerbangan, misalnya. Untungnya pemerintah kita juga sigap memulihkannya. Katanya perlu waktu hingga lebih dari tiga tahun. Dunia wisata dirunut dari titik nol. Sambil pemerintah menunjukkan komitmennya dalam memberantas terorisme, saat yang bersamaan “politik pariwisata” dijalankan secara konsisten. Hasilnya? Sekarang hampir pulih seratus persen. Para turis bermaksud lagi datang di Bali. Tingkat hunian hotel pun sudah di atas 70 persen. Wisatawan tidak lagi ragu dengan kemanan di Bali. Mudah-mudahan itu yang terjadi di Bali sepanjang usia. Juga di Indonesia. Kita dukung pemberantasan terorisme, juga sambil terus memupuk kebersamaan demi Bali. Demi juga Indonesia. Merdeka ! *** (Dio, 13 Okt 2009)