Sepatu pun Dapat Menjalin Keakraban
Minggu, 20 November 2011 , 19:29:44 WIBBawaslu-Jakarta, Ada ratusan cara untuk berkenalan, tapi bagaimana menggunakan acara berkenalan menjadi ajang menghidupkan suasana? Tipsnya gunakan lah metode permainan untuk menjalin keakraban di antara peserta.
Perkenalan akan mengurangi rasa keterasingan dan ketegangan peserta berada di lokasi dan suasana baru tempat pelatihan.
Permainan yang menarik diantaranya metode sepatu. Peserta di satu ruangan, diminta meletakkan salah satu sepatunya ketengah ruangan dan nantinya masing-masing peserta menebak sifat pemilik sepatu yang dijadikan sampel.
Metode atraktif yang mengalir dengan santai, merupakan teknik yang diajarkan dalam pelatihan untuk pelatih yang digelar Bawaslu dan UNDP, di Karawaci, Tangerang, Banten, mulai Jumat (12/2) hingga Minggu (14/2).
Pelatihan yang mengambil tema Penyelesaian Sengketa Pemilu, memang diperuntukkan untuk mantan Panwaslu provinsi yang akan memberikan pelatihan bagi Panwaslu Kada di tingkat kecamatan.
"Perkenalan itu intinya mencairkan suasana agar suasana dapat lebih terbuka," papar fasilitator, Milly.
Selain metode sepatu, perkenalan juga dapat dibuka dengan metode Zip Zap. Dengan metode Zip Zap, peserta wajib mengenal nama serta kegemaran dari peserta lain yang berada di sisi kiri dan kanannya.
Saat pelatihan, metode ini cukup ampuh untuk mencairkan suasana dan menambah keakraban. Namun, setiap metode tetap harus memperhitungkan waktu yang tersedia. Yang jelas, interaksi di antara peserta maupun tim fasilitator dan pendukung akan lebih mudah apabila sudah saling mengenal.
Ketua Bawaslu, Nur Hidayat Sardini, mengharapkan mantan Panwaslu yang dilatih menjadi fasilitator dapat memahami penyelesaian sengketa Pilkada serta menguasai semua hal sehingga ketika memberikan pelatihan kepada Panwaslu Kada di kecamatan dapat lebih terarah.
"Kita menginginkan bagaimana ada peningkatan kapasitas aparat di Pilkada," paparnya.
Senada dengan itu, Anggota Bawaslu, Wahidah Suaib, menjelaskan alasan melatih mantan Panwaslu untuk menjadi fasilitator karena pengalaman di Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden, setiap pelatihan selalu membayar tenaga profesional padahal