Cerita Tim Psikologi Terbaik [1]

Jum'at, 20 Januari 2012 , 11:40:47 WIB
Cerita Tim Psikologi Terbaik [1]
Ini cerita calon anggota Bawaslu. Di tengah-tengah menjalani Tes Psikologi, seorang peserta tiba-tiba duduk termangu, bengong masih di kursinya, hingga akhirnya ke luar meninggalkan prosesi ujian.

Tapi sayang sekali. Pembawa kabar, yang seruangan dengan orang itu, namanya Nur Solikin, tak memerinci lebih lanjut: apakah yang bersangkutan hanya meninggalkan kelas untuk sesaat, atau sekadar absen di sesi itu, ataukah benar-benar mengundurkan diri dari kandidasi Bawaslu. Kalau benar demikian, mungkin dia tak kuat menjalani prosesi tes psikologi.

Ujian Psikologi kali ini memang sangat berbeda dari sekian kali tes sejenis yang pernah saya ikuti. Tak cukup sekali saya mengikuti uji psikologi serta yang sejenisnya. Paling kurang saat saya mendaftar jadi anggota Bawaslu pada 2008. Pula ujian saringan masuk program S2 UI Jakarta pada 2001. Pernah pula saya ikut ujian sejenis untuk studi lanjut (S3) Program Pasca Sarjana Ilmu Politik di UI pada 2007 dan Unpad pada 2009. Dan semua yang saya ikuti dinyatakan lulus.

Dari semua psikotest yang pernah saya ikuti, sepertinya tak sebaik dan seketat kali ini. Saya rasa tepat Timsel menggandeng managemen psikotest ini. Saya dengar dari Timsel, bahwa pihak yang digandeng dalam uji psikologi adalah Dinas Psikologi Angkatan Darat, yang diakui reputasinya selama ini. Saya kira pantas langkah Timsel, pantas pula cara kerja yang ditunjukkan tim psikologi dimaksud.

Lalu apa bedanya Tes Psikologi yang dikelola pihak lain? Tentu saja saya menghindari menilai kepada pihak atau lembaga lain. Saya hanya curhat atas apa yang saya rasakan. Tentu ini sifatnya subjektif, kendati diusahakan seobjektif mungkin. Dan dengan itu saya hanya menempatkan diri saya sebagai peserta yang merasakan langsung.

Tapi sebaiknya saya sambung saja pada tulisan berikutnya, masih dirubrik ini. Ikuti ke seri berikutnya. Tabik !


Tanah Betawi, 19 Januari 2012.