Cerita Tes Kesehatan [1]
Jum'at, 20 Januari 2012 , 14:44:20 WIB![Cerita Tes Kesehatan [1]](http://www.nurhidayatsardini.com/images/view/22nhs-test-kesehatan-1.jpeg)
Beberapa saat sebelum Jumatan (20 Januari 2012) tadi, saya menjalani pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan ini dalam rangka kandidasi saya di KPU. Tentu saya tak sendirian. Bersama sejumlah peserta bakal-calon anggota KPU dan Bawaslu, saya dapat giliran di hari ini. Kemarin, peserta lain sudah menjalani pemeriksaan yang sama kemarin. Saya sendiri sudah berada di lokasi pada pukul 06.45 WIB. Tempatnya di Bagian Medical Check up RSPAD Gatot Soebroto, Kawasan Senin, Jakarta Pusat.
Iseng-iseng saja. Ada peserta dari daerah yang menanyakan kepada petugas, apakah pemeriksaan sejenis juga yang diberlakukan kepada para Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 yang lalu? Sang petugas mengiyakan. Bahkan, katanya, para calon menteri untuk Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) juga diperiksa secara menyeluruh di RSPAD ini, dengan perlakuan yang sama, dan dengan sarana dan prasarana yang tak berbeda. Wah hebat dong, kata peserta tadi. "Banggalah, Awak. Orang kampung tapi standar presiden", ungkapnya, riang.
Setiap peserta yang sudah mendaftar, langsung diberi kunci untuk masuk ke ruang ganti, dengan sebelumnya mengisi sejumlah blangko. Begitu masuk ruang ganti, semua yang menempel di tubuh dilucuti sendiri. Anak kunci pun masing-masing dengan nomornya sendiri. Praktis setiap orang telanjang bulat, sebelum akhirnya memakaikan baju medis. Persislah sama seperti gambarnya para calon petinggi di layar kaca, saat musim Pilpres serta rekruitmen kabinet, tempo hari.
Pertama-tama diambil darahnya. Ngeri saya kalau harus melihat jarum suntik. Ini untuk mengukur gula darah, kolesterol, asam urat, atau lain-lain indikator kesehatan. Mungkin narkoba dan penyakit lain akan diketahui dari pemeriksaan darah ini.
Usai sampel darah diambil, kami diminta untuk menyerahkan sebotol kecil sampel air urin. Oh, iya, sejak pukul 22.00 WIB semalam, kami diminta panitia untuk berpuasa. Saya sendiri sejak pukul 21.00 WIB tak lagi makan, kecuali air putih. Puasa untuk keperluan medis.
Berikutnya adalah pemeriksaan setiap organ vital. Dimulai dari jantung dengan treatmill selama 30 menit lebih. Seluruh badan ditempeli kabel-kabel yang aneh-aneh. Ini seperti adegan dalam film "The Six Million Dollarman" dulu itu. Setiap peserta diminta untuk berjalan dalam alur lambat, lebih cepat, cepat, sangat cepat, hingga akhirnya lambat dan berhenti.
Setiap perubahan kecepatan diperiksa detak jantungnya. Alhamdulilah, saya termasuk yang normal, bugar, dan bebas ngos-ngosan. Saya lihat ada seorang peserta, yang pada track pertama saja, sudah sempoyongan. Bahkan seorang peserta hampir terjerembab usai turun dari treatmill.
Berturut-turut pemeriksaan paru-paru. Saya agak deg-degan. Bukan apa-apa, karena tukang pengepul asap. Tapi kata dokter, tak memengaruhi terhadap hasil, asalkan memang tak ada penyakit di penyaring oksigen dalam tubuh tersebut. Paru-paru saya katanya bagus. Tampak sering jogging, ternyata membawa manfaat di sini.
Di ruang foto rotgen ini saya dibuat keki. Ada peserta, ibu-ibu STW, terlanjur dipanggil masuk dan diminta untuk lepas BH di kamar pas. Dia bilang ke saya, Pak jangan ngintip saya ya. "Masya Allah, gak sempet, Bu. Lagian ibu kempot begitu. Saya tak akan iseng ngintip", kataku sewot. Saya kira ibu kita itu terlampau GR-lah. He..he..
Ini dia yang paling saya takuti. Pemeriksaan gigi. Saya paling takut dengan dokter gigi, sejak saya kanak-kanak. Soalnya, pada waktu madrasah, saya pernah diajak ayah untuk memeriksakan gigiku yang sakit di Puskesmas Bendan, Pekalongan. Dokter bilang gigiku harus dicabut. Sang dokter gigi mencabut dan memaki-maki saya, karena katanya giginya pecah saat dicabut. Maklumlah, waktu itu dokter gigi kelas Puskesmas. Entah alat apa yang dipakainya. Mungkin saja tang, kali.
Saat diminta membuka mulut, gigi-gigi ditekan sekuat mungkin oleh dokter. Mungkin untuk memastikan apakah gigi-gigi tersebut berlubang atau bermasalah. Di sini saya agak geli. Gara-garanya teringat adegan Mr Bean menggunakan banyak alat secara sembrono. Saat saya senyum-senyum, dokter gigi nyeletuk kenapa saya tersenyum. Saya jawab, ingat film Mr Bean, Dok. Wah, malah dokternya ikut tertawa. Beliau bilang, dia penggemar film Mr Bean juga. Ha..ha...
Dari dokter gigi ke pemeriksaan THT, mata, dan telinga. Saya senang karena bagian dalam mulut saya terawat dengan baik. Artinya, saya rajin membersihkan segala isi dari mulut saya. Saya takutnya kalau saya divonis terkena penyakit "PMK", seperti yang pernah heboh dalam dunia peternakan kita. PMK: Penyakit Mulut dan Kuku, pada sapi atau hewan ternak. Ha..ha..
Tanah Betawi, 20 Januari 2012
Iseng-iseng saja. Ada peserta dari daerah yang menanyakan kepada petugas, apakah pemeriksaan sejenis juga yang diberlakukan kepada para Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 yang lalu? Sang petugas mengiyakan. Bahkan, katanya, para calon menteri untuk Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) juga diperiksa secara menyeluruh di RSPAD ini, dengan perlakuan yang sama, dan dengan sarana dan prasarana yang tak berbeda. Wah hebat dong, kata peserta tadi. "Banggalah, Awak. Orang kampung tapi standar presiden", ungkapnya, riang.
Setiap peserta yang sudah mendaftar, langsung diberi kunci untuk masuk ke ruang ganti, dengan sebelumnya mengisi sejumlah blangko. Begitu masuk ruang ganti, semua yang menempel di tubuh dilucuti sendiri. Anak kunci pun masing-masing dengan nomornya sendiri. Praktis setiap orang telanjang bulat, sebelum akhirnya memakaikan baju medis. Persislah sama seperti gambarnya para calon petinggi di layar kaca, saat musim Pilpres serta rekruitmen kabinet, tempo hari.
Pertama-tama diambil darahnya. Ngeri saya kalau harus melihat jarum suntik. Ini untuk mengukur gula darah, kolesterol, asam urat, atau lain-lain indikator kesehatan. Mungkin narkoba dan penyakit lain akan diketahui dari pemeriksaan darah ini.
Usai sampel darah diambil, kami diminta untuk menyerahkan sebotol kecil sampel air urin. Oh, iya, sejak pukul 22.00 WIB semalam, kami diminta panitia untuk berpuasa. Saya sendiri sejak pukul 21.00 WIB tak lagi makan, kecuali air putih. Puasa untuk keperluan medis.
Berikutnya adalah pemeriksaan setiap organ vital. Dimulai dari jantung dengan treatmill selama 30 menit lebih. Seluruh badan ditempeli kabel-kabel yang aneh-aneh. Ini seperti adegan dalam film "The Six Million Dollarman" dulu itu. Setiap peserta diminta untuk berjalan dalam alur lambat, lebih cepat, cepat, sangat cepat, hingga akhirnya lambat dan berhenti.
Setiap perubahan kecepatan diperiksa detak jantungnya. Alhamdulilah, saya termasuk yang normal, bugar, dan bebas ngos-ngosan. Saya lihat ada seorang peserta, yang pada track pertama saja, sudah sempoyongan. Bahkan seorang peserta hampir terjerembab usai turun dari treatmill.
Berturut-turut pemeriksaan paru-paru. Saya agak deg-degan. Bukan apa-apa, karena tukang pengepul asap. Tapi kata dokter, tak memengaruhi terhadap hasil, asalkan memang tak ada penyakit di penyaring oksigen dalam tubuh tersebut. Paru-paru saya katanya bagus. Tampak sering jogging, ternyata membawa manfaat di sini.
Di ruang foto rotgen ini saya dibuat keki. Ada peserta, ibu-ibu STW, terlanjur dipanggil masuk dan diminta untuk lepas BH di kamar pas. Dia bilang ke saya, Pak jangan ngintip saya ya. "Masya Allah, gak sempet, Bu. Lagian ibu kempot begitu. Saya tak akan iseng ngintip", kataku sewot. Saya kira ibu kita itu terlampau GR-lah. He..he..
Ini dia yang paling saya takuti. Pemeriksaan gigi. Saya paling takut dengan dokter gigi, sejak saya kanak-kanak. Soalnya, pada waktu madrasah, saya pernah diajak ayah untuk memeriksakan gigiku yang sakit di Puskesmas Bendan, Pekalongan. Dokter bilang gigiku harus dicabut. Sang dokter gigi mencabut dan memaki-maki saya, karena katanya giginya pecah saat dicabut. Maklumlah, waktu itu dokter gigi kelas Puskesmas. Entah alat apa yang dipakainya. Mungkin saja tang, kali.
Saat diminta membuka mulut, gigi-gigi ditekan sekuat mungkin oleh dokter. Mungkin untuk memastikan apakah gigi-gigi tersebut berlubang atau bermasalah. Di sini saya agak geli. Gara-garanya teringat adegan Mr Bean menggunakan banyak alat secara sembrono. Saat saya senyum-senyum, dokter gigi nyeletuk kenapa saya tersenyum. Saya jawab, ingat film Mr Bean, Dok. Wah, malah dokternya ikut tertawa. Beliau bilang, dia penggemar film Mr Bean juga. Ha..ha...
Dari dokter gigi ke pemeriksaan THT, mata, dan telinga. Saya senang karena bagian dalam mulut saya terawat dengan baik. Artinya, saya rajin membersihkan segala isi dari mulut saya. Saya takutnya kalau saya divonis terkena penyakit "PMK", seperti yang pernah heboh dalam dunia peternakan kita. PMK: Penyakit Mulut dan Kuku, pada sapi atau hewan ternak. Ha..ha..
Tanah Betawi, 20 Januari 2012