Turunnya Kabut Sutera Ungu [3]

Minggu, 22 Januari 2012 , 15:22:08 WIB
Turunnya Kabut Sutera Ungu [3]
 Saat yang paling saya suka adalah apabila di sekitar rumah kami turut kabut. Di sekeliling rumah akan tertutup awan putih. Jarak pandang tak lebih satu meter. Ini mengingatkanku semasa SMP dan SMA saya, yang suka naik gunung. Diam-diam saya hobi camping dan hiking. Meski bukan pemanjat gunung beneran, minimal pernah beberapa kali saya naik gunung.


Kabut baru akan tersapu begitu datangnya sinar matahari. Mereka akan pergi ke lembah sebelah kiri rumah kami. Pada lembah itu mereka menghilang ditelan angkernya kawasan. Iya sih kabut akan hilang begitu ada sinar mentari. Tapi itu ilusi bila saya sembari jalan-jalan pagi yang menutup seluruh badan saya. Biasanya saya tertelan kabut sutera ungu. He..he..


Menandai kabut berarti memang daerah pegunungan. Kawasan ini merupakan kaki gunung Ungaran. Mungkin ini punggung bagian akhir sebelum akhirnya hilang di pelataran luas hingga Semarang bawah. Batasnya ada di tanjakan Peterongan. Naik ke arah selatan mulailah itu, yang disebut kaki terujung dataran tinggi.


Bagi yang pernah tinggal di Semarang mungkin bisa membayangkan. Bagi yang belum, ya sudah yakini saja deskripsi pada badan tulisan ini. Seperti senior saya, Andrinof Chaniago, yang pernah beberapa kali bermalam di Semarang, menyatakan bahwa Semarang ini kota seribu bukit. Ada kota atas serta kota bawah.


Kota bawah terhampar dari bibir pantai hingga memuncak ke kawasan atas. Hamparan kota bawah mengasosiasi dinamika politik dan bisnis masa lalu. Sementara kota awas tempat mereka yang pernah menjajah kita, membangun kawasan ini. Terhampar sejak di Peterongan, Sriwijaya, hingga pemakaman Bergota, memuncak ke arah selatan hingga berbatasan dengan Kab Semarang yang beribukota Ungaran. *


Tembalang Semarang, 22 Januari 2012.