Berpusing-pusing Gunung Semeru [5]
Jum'at, 03 Februari 2012 , 16:01:42 WIB
Keesokan harinya kami balik ke Jakarta. Seperti saat kami landing, demikian halnya saat kami kembali ke Jakarta: melalui Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Hanya saja perjalanan Probolinggo ke Malang tak semulus yang kami perkirakan. Kami banyak halang-rintang. Perkiraan kami, kami akan banyak memiliki waktu sejenak untuk menikmati Kota Malang yang indah dan sejuk. Tapi perjalanan ini dirasa tak nyaman.
Dari penginapan, pada pukul 07.30 WIB Rabu 2 Februari 2012, kami berangkat ke Malang. Begitu ke luar kota, lalu lintas lancar-lancar saja. Namun lima kilometer dari batas kota, lalu lintas mulai tersendat, lama-lama masuk ke ketersendatan, mulai mobil tak bisa jalan, hingga macet sama sekali. Menunggu beberapa saat, tapi akhirnya tak bisa dilanjutkan.
Kami memutuskan putar haluan. Kembali ke Kota Probolinggo, untuk selanjutnya menuju ke Lumajang, untuk mengambil jalan memutar sehingga mencapai Kota Malang. Itu kami lakukan usai kami menerima informasi bahwa ada banjir di Kali Ngopak, sehingga memacetkan jalan. Puluhan kilometer kendaraan tertahan, tak bisa bergerak. Bila masih dalam kondisi seperti itu, perkiraan kami akan ketinggalan pesawat yang terbang pukul 11.45, sekaligus pukul 13.50 dari Malang ke Jakarta.
Perkiraan Kasubag Roy Siagian tepat adanya. Jalan memutar sekeliling Gunung Semeru pun tak selancar yang diperkirakan. Di sepanjang perjalana driver kami tak kuasai medan. Hingga setengah lusinan kali bertanya di sejumlah titik di perjalanan, toh tak cukup membantu melancarkan perjalanan. Saya tak hafal lagi dan di mana posisi perjalanan waktu itu. Dengerin musik sembari ngetweet itulah yang saya lakukan demi membunuh jenuh.
Praktis empat jam perjalanan. Tiba di Bandara Malang langsung check in, tak seberapa menit kami menuju pesawat. Nyaris saja ketinggalan. Legalah begitu di pesawat. Selamat tinggal Probolinggo, sampai jumpa Malang! *
Jakarta, 2 Februari 2012.
Dari penginapan, pada pukul 07.30 WIB Rabu 2 Februari 2012, kami berangkat ke Malang. Begitu ke luar kota, lalu lintas lancar-lancar saja. Namun lima kilometer dari batas kota, lalu lintas mulai tersendat, lama-lama masuk ke ketersendatan, mulai mobil tak bisa jalan, hingga macet sama sekali. Menunggu beberapa saat, tapi akhirnya tak bisa dilanjutkan.
Kami memutuskan putar haluan. Kembali ke Kota Probolinggo, untuk selanjutnya menuju ke Lumajang, untuk mengambil jalan memutar sehingga mencapai Kota Malang. Itu kami lakukan usai kami menerima informasi bahwa ada banjir di Kali Ngopak, sehingga memacetkan jalan. Puluhan kilometer kendaraan tertahan, tak bisa bergerak. Bila masih dalam kondisi seperti itu, perkiraan kami akan ketinggalan pesawat yang terbang pukul 11.45, sekaligus pukul 13.50 dari Malang ke Jakarta.
Perkiraan Kasubag Roy Siagian tepat adanya. Jalan memutar sekeliling Gunung Semeru pun tak selancar yang diperkirakan. Di sepanjang perjalana driver kami tak kuasai medan. Hingga setengah lusinan kali bertanya di sejumlah titik di perjalanan, toh tak cukup membantu melancarkan perjalanan. Saya tak hafal lagi dan di mana posisi perjalanan waktu itu. Dengerin musik sembari ngetweet itulah yang saya lakukan demi membunuh jenuh.
Praktis empat jam perjalanan. Tiba di Bandara Malang langsung check in, tak seberapa menit kami menuju pesawat. Nyaris saja ketinggalan. Legalah begitu di pesawat. Selamat tinggal Probolinggo, sampai jumpa Malang! *
Jakarta, 2 Februari 2012.