Konflik Pemilu Banyak Dipicu soal Materi

Selasa, 06 Januari 2004 , 19:33:59 WIB
Konflik Pemilu Banyak Dipicu soal Materi
Media: Kompas Hari/Tgl: Selasa, 06 Januari 2004 Tawangmangu, Kompas - Konflik yang terjadi selama masa Pemilihan Umum 2004 akan lebih banyak digerakkan oleh orang bayaran. Kondisi ini berbeda dengan konflik selama pemilu sebelumnya, yang lebih banyak dipicu oleh faktor ideologis. Ketua Panitia Pengawas Pemilu Jawa Tengah Nur Hidayat Sardini, Senin (5/1) di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, memaparkan, gejala tersebut dapat dilihat pada sejumlah konflik antarmassa pendukung partai yang terjadi di sejumlah daerah, antara lain di Kabupaten Batang dan di Kabupaten Magelang. ?Tokoh yang menggerakkan massa jelas terlihat. Massa juga teridentifikasi dengan jelas, berasal dari kelompok mana atau kelompoknya siapa,? paparnya Berkurangnya peran ideologi sebagai pemicu konflik dalam pemilu mendatang, menurut Nur Hidayat, disebabkan oleh kekecewaan masyarakat terhadap kondisi bangsa yang nyaris tak kunjung membaik, meski Orde Baru telah tumbang. ?Masyarakat kini semakin rasional. Kesamaan ideologi atau partai tidak lagi membutakan mereka, sehingga soliditas partai politik sekarang sudah tidak seerat dulu,? ujarnya di tengah Workshop Pemetaan Daerah Rawan Konflik Pemilu 2004. Solidaritas partai yang mulai mengendur ternyata tetap tidak mengurangi potensi konflik dalam Pemilu 2004. Sebagai gantinya, menurut Nur Hidayat, materi berupa uang dan barang diperkirakan berperan sebagai pemicu utama konflik dalam Pemilu 2004. ?Konflik yang terjadi nantinya lebih banyak digerakkan oleh orang bayaran,? ungkap Nur Hidayat. Di sisi lain, berkurangnya peran ideologi sebagai pemicu konflik, menurut Nur Hidayat, merupakan hal yang positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, karena rakyat tidak lagi mendasarkan pilihan politik pada hal yang bersifat primordial. Rakyat secara perlahan mampu menilai partai atau pemimpin secara rasional, yakni menilai berdasarkan gagasan, pemikiran, dan visi yang ditawarkan sebuah partai atau seorang pemimpin. Kecamatan rawan Nur Hidayat menambahkan, dari 563 kecamatan di Jateng, sekitar 50 kecamatan di antaranya memiliki kerawanan konflik yang tinggi, karena berada di perbatasan Provinsi Jateng dengan provinsi sekelilingnya. Yaitu antara lain Kecamatan Salam (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Kecamatan Losari (Jateng-Jawa Barat), dan Kecamatan Cepu (Jateng-Jawa Timur). ?Kecamatan-kecamatan itu rawan, karena jadwal kampanye yang berbenturan antara Jateng dan provinsi tetangga,? ujar Nur Hidayat lagi. (ATO)