Kembali ke Semarang [5]

Senin, 06 Februari 2012 , 10:29:35 WIB
Kembali ke Semarang [5]
Usai prosesi khaul, saya balik ke Semarang. Hujan dan gerimis silih berganti menyertai perjalanan saya dari Pekalongan ke Semarang. Hujan di kampung, gerimis di Batang. Hujan di Kendal, gerimis saat masuk jalan tol Krapyak Semarang. Sepanjang jalan, di sana-sini kondisi jalan berlubang-lubang. Perjalanan tak nyaman.

Sebenarnya ada keperluan lain untuk berlama-lama di tanah leluhur tadi. Hanya saja istri memintaku untuk lebih cepat ke Semarang. Maklum, sekarang ini dia memasuki hamil tua. Pada lusa (Senin, 6 Februari), jatuhnya kehamilan 9 bulan 10 hari usia kehamilannya. Banyak hal yang mesti kami diskusikan demi persiapan persalinan. Lagian, si bungsu lagi demam badannya.

Selalu ada yang tersisa saat saya meninggalkan tanah leluhur. Bagaimanapun, di kampung itu saya dilahirkan, dibesarkan, dan dididik hingga dalam bentuknya yang sekarang ini. Saya pandang papan madrasah sebelah rumah. Tempat di mana saya menimba ilmu jenjang dasar. Di sebelahnya musholla, tempat di mana perkawanan masa kanak-kanak menggoreskan kenangan manis.

Perjalanan ini terasa syahdu. Saya suka menjalaninya. Setiap ada waktu ke Pekalongan, saya sempatkan untuk ke kampung halamanku. Saya sempatkan pula untuk ziarah kubur ke pesarean orang tua serta tanah leluhur. Kampungku ini sudah berbeda dibanding awal-awal saya meninggalkannya untuk kuliah di Undip, Semarang. Sejak lima tahun silam berubah status jadi kelurahan, tak lagi desa. Oleh karenanya, di sana tak ada lagi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), karena kepala kelurahan ditunjuk dan menjadi bagian dari struktur pemerintahan kota, Kota Pekalongan.*

Semarang, 5 Februari 2012.