Hangatnya Malam di Lasusua [6]

Jum'at, 23 Maret 2012 , 10:34:52 WIB
Hangatnya Malam di Lasusua [6]

Malam di Hotel Sua Windu, Lasusua, ibukota Kolaka Utara, Sultra. Udara malam ini terasa panas. Ini mungkin karena letak kota ini berada di tubir pantai. Udara pantai di malam hari terasa sekali. Mandi sore, usai pengecekan di TPS, tak lagi membantu meredakan kegerahan yang saya rasakan. Iya, santai-santai di lobi penginapan "Sua Windu", Lasusua, Kolaka Utara, ini tak lagi nyaman.

Angkat kursi ke luar ruangan. Lokasi ngobrol bergeser dari dalam lobi ke halaman hotel, di udara terbuka. Begitu memetik sebatang pengepul asap, tak seberapa lama datang dua sosok yang saya kenal. Mereka tenaga profesional Panwaslu Kolaka Utara, Laode Harjuddin dan Zamzani Said, yang juga mantan Ketua dan anggota Panwaslu Sultra pada Pemilu 2009 yang lampau, nimbrung ngobrol denganku. Terasa melegakan, sambil senderan di kursi dengan ayun kaki ke muka datar, pandangan ke langit bebas, menjumlah betapa tak terhingganya bintang-gemintang di angkasa.

Kami mengobrol ngalor-ngidul. Kata Bu Zamzani, per 2005 Kolaka Utara ini merupakan daerah otonom baru, pemekaran daerah induknya yakni Kolaka. Daerah ini sedang berbenah. Pembangunan infrastruktur sedang gencar-gencarnya. Jalan, jembatan, sarana prasarana perumahan, gedung dan perkantoran milik pemerintah, tak luputu dari pembangunan tersebut. Saya lihat kantor bupati sedang dibangun di bawah bukit di Lasusua.

Pertambangan memiliki peran signifikan. Tambang nikel tampaknya andalan bagi Kolaka Utara, disusul kemudian batu granit. Sementara hasil bumi terdiri atas kakao dan cengkeh. Sepanjang perjalanan dari Kolaka hingga Kolaka Utara ini hutan bertanam kakao dan cengkih. Tapi sayang, kata Laode, betapapun penghasil kakao, pabrik pengolahan kakao tak dibangun di Kolaka Utara khususnya dan Sultra umumnya. "Bila ada pabrik coklat, nilai tambahnya kan bagus".


Sementara itu cengkeh, kita tahu, salah satu bahan untuk rokok, selain minyak cengkeh yang khasiatnya sudah kita ketahui bersama. Pada masa lalu, cengkeh mampu menghidupi dengan strata tinggi bagi masyarakat di sini. Dan saya kira, dengan cengkeh pula, membuat perkebunan jadi bergairah. Orang awam di sini menyebut cengkeh sebagai "emas hijau". Namun sejak ada tataniaga cengkeh yang dikelola BPPC, harga cengkeh tak lagi terandalkan. Sayang sekali. *

Lasusua, 17 Maret 2012