Yang Ditunggu, Tak Muncul [8]
Jum'at, 23 Maret 2012 , 10:40:45 WIB
Obrolan makin asyik. Secangkir kopi diantar lagi oleh kru hotel begitu datang
Muh Tang. Sedari tadi tak ada kepulan asap, gabungnya Tang menemaniku menikmati
sebatang dua batang. Kopi diseruput Pak Ustad, sapaan akrab Muh Tang,
menerbitkan bebunyian khas dari mulutnya, yang sebenarnya paling saya tak suka
mendengarnya. Itu sangat tak sopan menurutku. Tapi apa boleh buat. Namanya juga
bunyi liar.
"Begini, Pak Tang, sebaiknya anda selekasnya kembali ke kantor, pantau
perkembangan dari seluruh penjuru Kolaka Utara, apakah jajaran Panwaslu posisi
standby di posnya masing-masing. Itu jauh lebih baik daripada menanyakan apa
yang sebaiknya harus dilakukan dengan isu serangan-serangan tersebut. Karena menurutku,
serangan fajar atau serangan senja kek, atau isu apapun, toh pada akhirnya
bagaimana kita bisa mengatasinya", demikian awalan kalimatku, kepada Tang
yang meminta advis sejak sore sebelumnya.
"Iya sih, Pak, tadi saya sudah kemukakan di pleno kami, bahwa arahan Pak
NHS itu yang penting, bahwa jajaran Panwas tak boleh menutup kantor dan
mematikan hape. Diminta waspada dengan kondisi terkini. Pasang mata dan telinga
untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Bahkan kata Pak NHS,
bisik-bisik tetangga pun sudah kami dengar kok, Pak!", jelas Pak Tang
meyakinkan.
Akhirnya Tang bersiap diri kembali ke kantor. Saya minta cek ke setiap
kecamatan hingga ke desa untuk pastikan perkembangan. Dia mengiyakan, sambil
saya bilang saya akan standby dengan Laode hingga pukul 02.00 WITA. Dia pamit
diri menuju kantor. Jarak dari hotel ini ke kantor, tak seberapa jauh,
sekilometerlah.
Saya dan Laode masih di halaman teras depan, udara terbuka, depan Hotel Sua
Windu. Kami kembali ngalor ngidul bicara banyak hal. Saya tanya soal rencana
disertasi Laode di UGM, Yogyakarta. Dia mau angkat tema persoalan pengangkatan
kepala daerah Yogyakarta. Kami mengakhiri obrolan saat jarum jam masuk ke pukul
02.00 Wita. Kami sama-sama diserang kantuk. Malam ini, yang ditunggutak muncul: politik uang! *
Lasusua, 17 Maret 2012