Apa Boleh Buat [13]
Minggu, 25 Maret 2012 , 16:02:46 WIB
Selatan Kolaka Utara tak sebaik pula di ibukota Lasusua. Belum masuk ke
perbatasan antara ibukota dengan kecamatan berikutnya, jalanan rusak.
Perjalanan tak nyaman. Lubang di banyak tempat, menganga. Ekstra hati-hati.
Jalan ini merupakan jalan trans Sulawesi, yang mengarah ke Makassar. Sepertinya
tak terpelihara dengan baik. Rusak parah.
Tapi itu kami abaikan. Saya sendiri terbiasa akan kondisi seperti ini. Jalanan
rusak sudah sering saya alami. Bukan monopoli di Kolaka Utara ini. Sewaktu saya
melakukan menjalankan misi sejenis ke Lembata NTT, Sangihe Sulut, Buru Selatan
Maluku, Nias Selatan Sumut, Mentawai Sumbar, atau Malinau Kaltim, hal seperti
itu akrab-akrab saja di badan. Hanya di Aceh saja kondisi infrastruktur jalan
yang tak rusak. Apa boleh buat.
Dalam perjalanan ke TPS sasaran saya didampingi Ummu Kalsum, anggota Panwaslu
Kolaka Utara. Ummu bilang bahwa Kolaka Utara ini pemekaran dari Kab Kolaka
sejak 2005. Jumlah penduduk tak kurang dari 120 ribu jiwa. "Penghasilan
utama kakao, kelapa, dan cengkeh. Sebagian besar penduduk, sekitara 78 persen
bergantung pada perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup",
katanya.
Selama perjalanan saya ngobrol apa saja terhadap kondisi Kolaka Utara ini. Saya
diminta maklum perihal kondisi geografis ini. "Wilayah Kolaka Utara ini
mencakup daratan dan kepulauan yang memiliki daratan. Secara geografis terletak
memanjang dari utara ke selatan, membentang dari Barat ke Timur. Sebelah utara
berbatasan dengan Luwu Utara Sulsel, selatan dan timur dengan Kolaka, dulu
daerah induk, dan sebelah barat dengan Teluk Bone.
Menurut Ummu lagi, daratan Kolaka Utara ini terdiri atas pegunungan dan
perbukitan yang memanjang dari utara ke selatan. Di antara gunung dan bukit
terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan
sektor pertanian. Jangan heran apabila perbukitan dan laut mendominasi
kenampakan alam Kolaka Utara.
Lasusua, 18 Maret 2012