Khutbah Jumat: Sholat Meluruskan Perilaku

Kamis, 14 Juni 2012 , 13:39:25 WIB
Khutbah Jumat: Sholat Meluruskan Perilaku
Khotbah Jumat di kompleks. Tema khutbah kali ini kewajiban sholat. Tema ini sengaja dia angkat sebagai upaya untuk memeringati Isra' Mir'raj. Disampaikan Ustad Teguh Yuwana, nama yang akrab di telingaku. Kebetulan dia seangkatan saat aku saat kuliah dulu. Dia belakangan jadi ustad. Soal dia jadi ustad, panjanglah cerita. Tapi dia benar-benar sang kyai. Paling kurang seperti yang aku saksikan selama lima tahun kami tinggal di sini. Dan aku senang dia pendakwah seperti sekarang ini. Alhamdulilah.

Sang khatib menguraikan kedudukan shalat dalam Islam. Beda dengan perintah Allah yang lazimnya disampaikan melalui Malaikat Jibril, perintah shalat disampaikan langsung Allah kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tanpa perantara, melalui peristiwa yang disebut Mi'raj. Itulah, kata Ustad Teguh, istimewanya perintah ibadah sholat (fardlu).

Sholat itu tiang agama.  Bayangkan, sebuah rumah tanpa tiang, apa jadinya? Artinya, kalau muslim atau muslimah tak shalat, maka akan "rubuh" agamanya. Karena kata sang khatib lagi, yang membedakan muslim/muslimah dengan orang selainnya, adalah shalat itu. Kali pertama yang ditanya saat di akhirat adalah bagaimana shalat seseorang. Kalau amalan lain bagus, tapi shalatnya tak ditunaikan, maka sulit baginya untuk bisa diterima amalannya. Jadi shalat itu semacam "password" untuk membuka amalan atau ibadah lainnya.

Sejatinya, shalat itu bisa mengubah perilaku orang. Mereka yang menghayati benar akan shalatnya, dijamin Gusti Allah benar perilakunya. Kalau banyak saudara-saudara yang tampaknya rajin shalat namun masih suka korupsi, menyakitkan bagi sesamanya, dijamin bahwa ada yang kurang dengan shalatnya. Sang khatib mendorong kepada setiap jamaah Jumat untuk merenung kembali. Apakah shalat-shalat yang kita lakukan sudah benar? Apkah shalat yang kita tunaikan karena motivasi tak enak dengan rekan sekantor, mertua, anak dan istri, atau karena apa?

Shalat itu doa. Coba yang bisa memahami makna atau arti bacaan dalam shalat, seluruhnya adalah doa. Baca, resapi, dan nikmati arti-arti dari bacaan shalat. Hayati betul. Maka perintah shalat itu tidak hanya shalat itu sendiri. Tapi dirikanlah shalat. Mendirikan shalat. Artinya, menjalankan nilai-nilai shalat. Karena titik tekan dari ibadah shalat adalah "mendirikan shalat". Demikianlah ustad Teguh Yuwana berkhutbah. *

Semarang, 8 Juni 2012