Ke Tanah Leluhur
Kamis, 14 Juni 2012 , 13:40:38 WIB
Usai shalat Jumat aku ke Pekalongan. Sudah lama
memang tak ke tanah leluhur ini. Ngiras-ngirus ziarah ke makam orang tua
di kampung, sekalian bezuk keponakan yang belum lama lahir. Rencana
pagi hari, hanya saja anak pertama, kepingin kumpul dengan
saudara-saudaranya. Apalagi sepagian anak, Fairly, hari terakhir ujian
kenaikan kelas, di SD Al-Azhar Tembalang, Semarang. Berangkatlah
anak-bapak ke tanah leluhur.
Sesampai di kampung, hari beranjak sore. Aku langsung ke makam orang tua. Kedua orang tuaku sudah mendahului kami. Tradisi kami, baik untuk menengok orang tua yang sudah di alam barzah. Doa yang tak pernah putus adalah doa anak kepada orang tua, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariah. Itu ajaran agama, yang aku yakini. Karena itu aku selalu menyempatkan diri untuk ngaji di depan makam orang tua. Sekalian mendoakan sanak kadang yang telah tiada. Tahlilan, istilah kami.
Ada perasaan lega setiap kali usai berziarah. Seakan tampak betul bagaimana sosok ayah dan ibuku. Teringat dosa-dosaku kepada kedua beliau. Untuk itu mohon ampun kepada Gusti Allah. Berilah mereka lapang di alam sana. Kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihani aku. Ampunilah dosa-dosanya. Moga amal bakti mereka diterima di sisi Engkau, ya Gusti Allah. Begitu doa yang aku panjatkan di depan makam mereka. Usai baca surat yasin dan tahlilan pada lazimnya.
Disunahkan untuk membersihkan makam. Tapi biasanya aku tak sendirian. Lebih sering aku ditemani adik iparku. Rerumputan aku cabuti. Gundukan tanah disiram kembang yang aku beli di perjalanan. Disapu secukupnya. Dibasuh nisan-nisan, dan membersihkannya. Lagi-lagi ingat jasa-jasa kedua orang tua. Di mataku, mereka sempurna mengasuhku. Kekurangan harta benda, tapi tak kurang perhatian pendidikan. Apapun, dalam keadaan aku yang sekarang, berkat jasa-jasa orang tua yang membesarkanku.
Usai ziarah, aku pulang melalui hutan bambu. Masih banyak di kampungku ini pepohonan bambu. Dan pasti aku bertemu dengan orang-orang di kampung. Mudah ditebak, ngalor-ngidul saling tukar kabar. Ternyata di sekitar pemakaman kampung ini, sudah berdiri rumah-rumah baru. Di sebelah timur ke kiri, berdiri rumah tembok tanpa semen. Di sebelah seberang selatan kanan, tempat penjemuran kain mori dan batik yang sudah siap diproses lebih lanjut. *
Pekalongan, 8 Juni 2012
Sesampai di kampung, hari beranjak sore. Aku langsung ke makam orang tua. Kedua orang tuaku sudah mendahului kami. Tradisi kami, baik untuk menengok orang tua yang sudah di alam barzah. Doa yang tak pernah putus adalah doa anak kepada orang tua, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariah. Itu ajaran agama, yang aku yakini. Karena itu aku selalu menyempatkan diri untuk ngaji di depan makam orang tua. Sekalian mendoakan sanak kadang yang telah tiada. Tahlilan, istilah kami.
Ada perasaan lega setiap kali usai berziarah. Seakan tampak betul bagaimana sosok ayah dan ibuku. Teringat dosa-dosaku kepada kedua beliau. Untuk itu mohon ampun kepada Gusti Allah. Berilah mereka lapang di alam sana. Kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihani aku. Ampunilah dosa-dosanya. Moga amal bakti mereka diterima di sisi Engkau, ya Gusti Allah. Begitu doa yang aku panjatkan di depan makam mereka. Usai baca surat yasin dan tahlilan pada lazimnya.
Disunahkan untuk membersihkan makam. Tapi biasanya aku tak sendirian. Lebih sering aku ditemani adik iparku. Rerumputan aku cabuti. Gundukan tanah disiram kembang yang aku beli di perjalanan. Disapu secukupnya. Dibasuh nisan-nisan, dan membersihkannya. Lagi-lagi ingat jasa-jasa kedua orang tua. Di mataku, mereka sempurna mengasuhku. Kekurangan harta benda, tapi tak kurang perhatian pendidikan. Apapun, dalam keadaan aku yang sekarang, berkat jasa-jasa orang tua yang membesarkanku.
Usai ziarah, aku pulang melalui hutan bambu. Masih banyak di kampungku ini pepohonan bambu. Dan pasti aku bertemu dengan orang-orang di kampung. Mudah ditebak, ngalor-ngidul saling tukar kabar. Ternyata di sekitar pemakaman kampung ini, sudah berdiri rumah-rumah baru. Di sebelah timur ke kiri, berdiri rumah tembok tanpa semen. Di sebelah seberang selatan kanan, tempat penjemuran kain mori dan batik yang sudah siap diproses lebih lanjut. *
Pekalongan, 8 Juni 2012