Toko

Kamis, 26 Maret 2009 , 18:21:09 WIB
Toko
Selasa lalu, 24 Maret 2009, usai melepas mahasiswa KKN tematik di Gunung Kidul, teman-teman dari Panwaslu Kabupaten Gunung Kidul mengundang saya untuk mampir ke sekretariat mereka. "Mampir dulu pak, kalau berkenan," begitu mereka berkata. Pasti, dengan senang hati saya akan memenuhi undangan itu. Jangankan diminta, tanpa diminta pun setiap kali tugas ke daerah, biasanya saya akan menyempatkan diri mampir ke kantor atau sekretariat Panwaslu di daerah tersebut. Dengan cara ini saya akan tahu banyak tentang kondisi mereka. Kantor mereka sangat bersahaja. Kalau disebut kantor kok kelihatan mentereng. Ini lebih tepat disebut toko yang disulap jadi kantor. Bagunannya mirip los di pasar. Begitu orang berhenti di depan, orang langsung dapat melihat aktifitas staf Panwas yang ada di dalamnya; terbuka sekali, tak ada sekat. Kepala staff berbaur dengan aktifitas anggota. Ketua Panwas Gunung Kidul bercerita bahwa kantor ini merupakan kantor ke tujuh setelah mereka berpindah-pindah tempat. Semoga dalam kebersahajaan ini Ketua dan Anggota Panwaslu Kabupaten Gunung Kidul tetap semangat! Pada kesempatan itu lah saya memberikan dorongan semangat kepada mereka. Saya paparkan konsep pengawasan pada Hari H Pemilu; Bagaimana mengkoordinasikan Petugas Pengawas Lapangan (PPL). Kita rumuskan bersama pendekatan dalam menentukan prioritas PPL karena jumlah yang terbatas, sementara jumlah TPS yang musti diawasi rata-rata adalah 20 TPS. Ini angka rata-rata kabupaten. Di sejumlah desa angka ini membengkak. Ada 1 PPL yang harus mengawasi 88 TPS atau bahkan 100 TPS! Saya mengarahkan mereka untuk perlunya menentukan skala prioritasdengan prinsip: kriminogen, TPS hotspot, geografis, desa sentral, periferal dan semi periferal, juga pada kajian dari kepolisian, juga mencermati proses pelaksanaan pemilu 1999, 2004, dan pilkada. Mereka tampak memahami paparan tersebut. Hari itu berlalu cukup produktif di Kabupaten Gunung Kidul. Saya berencana meneruskan perjalanan ke Semarang. Tapi rupanya Sdr Heri Joko Setyo, anggota Panwaslu Propinsi DIY yang menyertai perjalanan selama di wilayah DI Yogyakarta ini beserta Panwaslu Kabupaten Gunung Kidul malah 'menculik' saya untuk makan siang bersama. Wadhuh, perut saya ini sebenarnya sudah penuh. Tadi di sekretarias panwas sudah disuguhi thiwul dan owang-owang. Tapi, apa boleh buat, ajakan makan siang dari rekan-rekan sejawat begini kan harus dihargai. Jadilah saya memutuskan untuk terdampar di RM Mbok Tomblok. Rumah makan ini terletak di Jl Wonosari Km 7, Pacitan. Nuansanya khas jawa tradisional: joglo dari kayu, dengan tempat duduk lesehan. Meski tak seberapa luas, tapi sungguh menarik, asri dan bikin betah. Saya sama sekali tidak menyesal memutuskan ikut makan siang, karena ternyata hidangan di rumah makan ini merangsang selera; ada sayur daun ketela, sayur daun pepaya, dan yang bikin semakin semangat adalah nasi beras merahnya yang penuh serat itu. Alhasil saya lupa diri, makan sekenyang-kenyangnya. Setelah sholat dzuhur, akhirnya perjalanan pun berlanjut ke kantor sekretariat Panwaslu Prov. DIY. Ketuanya, Ibu Ani mengkonsultasikan tentang kasus seorang anggota Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) di wilayahnya yang diduga terlibat dalam kampanye sebuah partai politik. Si anggota Panwascam terbukti pernah ikut arak-arakan kampanye partai politik tertentu. Saat klarifikasi yang bersangkutan tidak hadir. Demikianlah, masih banyak hal yang kami bicarakan siang itu. Sayapun memuaskan diri berdiskusi dengan Ketua dan Kepala Sekretariat Panwaslu DIY ini dalam suasana santai tapi serius. Hingga waktunya saya harus pamit.