Ketua Bawaslu: Merayakan Lebaran 1430 H di Kota Kijang, Kepulauan Riau (2)

Minggu, 20 September 2009 , 00:08:02 WIB
Ketua Bawaslu: Merayakan Lebaran 1430 H di Kota Kijang, Kepulauan Riau (2)

Keterbatasan waktu untuk merayakan lebaran di Kota Kijang, Bintan ini, membuat kami harus memanfaatkan waktu yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin. Sore hari, setibanya kami dari perjalanan Jakarta – Batam- Kijang, malam ini kami langsung bersilaturahmi ke orang tua, datuk, dan sanak saudara lainnya.

Pertama dari saudara tertua. Ke Kakek dan Nenek, indung dari semua saudara istri. Eh, rupanya mereka sudah kompak berkumpul semua. Dari sembilan putra putri kakek, yang tidak bisa hadir cuma dua karena mereka bertugas di Jambi dan Jakarta. Dari istri, merupakan anak tertua kedua. Berikutnya ke sanak saudara yg lain. Sampai pukul 24.00, saya bersama anak dan istri baru tiba di rumah mertua. Alhamdulilah !

Malam beranjak dini hari. Tapi Ibukota Kab. Bintan tak juga segera merambah sunyi. Saya lihat di pusat-pusat keramaian terlihat begitu banyak orang. Anak muda, remaja, serta para penikmat kopi masih saja berjajar, ngobrol, dan asyik nian tampak dari wajah-wajah penghidup malam. Terdengar dari obrolan mereka. Suasana cukup hidup di pusat-pusat keramaian Kota Kijang ini.

Ada yg menarik di Kota Kijang ini. Ialah soal taksi. Pertama kali saya injakkan kaki di sini tahun 2003, kalau lihat taksi pastilah mobil sedan yang sederhana, sedan, dan pastinya bekas pakai dari Malaysia atau Singapura. Saya punya pengalaman, jarak Kota Tanjung Pinang sampai di Kota Kijang, kira-kira 25 KM, saya mesti membayar sekitar Rp30-an ribu. Itu kalau dicarter, tapi kalau bisa bersama penumpang yang lain, ya sesuai dengan banyaknya tempat duduk yang tersedia.

Sekarang ini, saya lihat taksi di sini, penampilanya sudah beda. Bila dulu agak kusam tapi kini ini sudah terlihat lux. Ada argonya, warna lebih terang, dan tampak elegan. Saya tanya ke pemandu selama kami di Bintan, dijawab memng Bintan sedang bersolek. Ingin tampil beda !

Oh, ya ! Malam ini adalah malam terakhir menjalankan ibadah shalat tarawih. Karena esok adalah "pasar kembang gedhe", atau hari terakhir puasa. Sayang sekali saya tidak berkesempatan memungkasi tarawih malam ini di masjid atau di mushola secara berjamaah.

Saya hanya bisa sholat tarawih berjamaah di rumah mertua bersama istri. Menyesalnya say ada di situ. Padahal saya amat merindukan maghfiroh dan berkah Allah di bulan suci ini. Karena sebenarnya ibadah kita di ramadhan seperti ini pahalanya bakal dilipatgandakan. Tentu bagi yang menjalankan rangkaian ibadah ini dengan tulus ikhlas. Saya merasa tidak puas dengan ibadah yang saya lakoni. Tapi Itu janji Allah !

Bila mengingat-ingat rangkaian ibadah di bulan ramadhan yang sebentar lagi akan kita lampaui ini, bagi saya terasa sangat kurang. Saya merasa tidak maksimal. Saya tidak puas. Sedikit dari waktu yg kami punya untuk beribadah. Padahal ramadhan adalah tambang emas maghfiroh Allah.

Dpt diandaikan bahwa saya mengais-ngais maghfiroh Allah dari sisa-sisa waktu bekerja. Hal ini jauh berbeda dengan tahun-tahun lampau, apalagi masa kanak-kanak di kampung halaman di Kota Pekalongan. Benar-benar saya hanya memanfaatkan waktu yang ada kala memang tersedia. Sebagai contoh, tadarus saya manfaatkan di sela-sela antara sehabis sahur sampai menjelang subuh. Tarawih pun lebih banyak dikerjakan di ruang kerja (kantor Bawaslu), di sela-sela staf menghadap, konsultasi, mendisposisi, atau usainya rapat dengan segenap anggota serta staf sekretariat.

Suasana lebaran sudah terasa H-1 di tanah Kijang ini. Siang hari di pasar berbondong-bondong orang berbelanja. Pasar Barek motor dan Pasar Inpres diserbu pembeli. Pulau Kelong, Numbing, dan sekitarnya, mereka lalu lalang berbelanja di Kijang Bintan Timur ini. Sepanjang pagi hingga sore hari ini benar-benar ramai oleh pengunjung.

Sore hari menjelang magrib peziarah ke Pemakaman Umum Bintan ramai. Tradisi masyarakat muslim di sini rupanya sama dengan di Tanah Jawa juga. Sehari menjelang lebaran orang ramai ke para makam leluhur. Kami sekeluarga besar istri juga ziarah. Saya lihat pengunjung lain berlinang air mata.

Sebagian yg lain tertunduk sedih. Tapi ada juga yg terlihat biasa-biasa saja bahkan malah gelak terbahak karena bertemu sanak kadang di pemakaman ini. Sesuai ajaran Nabi, ziarah ke kubur besar manfaatnya. Tapi dilarang minta doa dari penghuni kubur. Justru mengingatkan orang pada aspek spiritualitas akhirat. Makam di sini justru ramai jelang lebaran.

Tadi sore di rumah mertua digelar doa bersama untuk almarhumah ibu mertua. Beliau mendahului kami setahun yang lalu. Saya masih ingat, sesaat setelah pelantikan dan raker gelombang kedua Panwaslu provinsi 21 September 2008, ada kabar duka bahwa Ibunda mertua wafat. Saat itu saya bersama istri sedang menginap di Hotel Santika Jakarta.

Jelang subuh kami dengar kabar duka sehabis sahur. Untung istri dan anak kebetulan di Jakarta sehingga tidak sulit merencanakan untuk menghadiri pemakaman. Dan hari ini, jatuh setahun meninggalnya ibunda mertua. Kami berdoa di rumah, sorenya jelang magrib ke makam. Tabur bunga! Tampak khusu' sekali istri berdoa bersama kakak-kakaknya. Moga jembar kubure ibunda beristirahat di sisi-Nya. Amien !

Objek silaturahmi terakhir kami Batu Hitam, Kota Tanjung Pinang. Sepanjang jalan Tanjung Pinang-Kijang gema suara takbir masih bersahutan dari masjid-masjid atau mushala. Tidak seramai waktu berangkat tadi dengan arak-arakan dan anak-anak yang bertakbir di jalanan.

Ada takbiran dengan mobil terbuka, iring-iringan motor layaknya musim kampanye Pemilu. Namun ada juga sebagian perbuatan yang tak terpuji, takbiran disertai menyalakan petasan. Sepertinya mercon di sini dibiarkan begitu saja tanpa ada larangan.

Mungkin dilarang, tapa tidak ditegakkan aturan atau larangan itu. Semestinya takbiran zonder petasan. Jangan sampai ada maksud baik tapi praktiknya bisa mencelakakan. Kesadaran perlu ditumbuhkan, semetara penegakan aturan dijalankan dengan baik. Selamat Idul Fitri 1430 H. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat para pemimpin rakyatnya makmur terjamin. Maksudnya bukan "selamat para pemimpin mereka makmur terjamin !".