Mengurus Studi di Unpad Bandung

Selasa, 19 Juni 2012 , 14:52:00 WIB
Mengurus Studi di Unpad Bandung

Pagi Sabtu (16/6) ini aku berangkat ke Bandung. Tujuan utama ke Kampus Pasca Sarjana Ilmu Politik, Universitas Padjajaran (Unpad), Bukit Dago, Bandung, tempat dimana dalam dua tahun terakhir aku mengasah ilmu. "Bandung Lautan Ilmu", tagline di gumam hatiku mengenai kota Bandung. Berangkat pagi menembus lengangnya Jakarta. Masih segar udara pagi ibukota. Moga luput dari selimut polusi, yang mungkin akan tiba sebentar lagi.

Ternyata tak selancar yang diperkirakan juga. Memang keluar dari Jakarta masih lengang. Demikian pula saat melintasi hingga Cikampek, lalu Cipularang. Tapi ketika puluhan kilo jelang Kota Bandung, tol Pasteur lalu lintas padat merayap. Perlu lebih dari satu jam untuk berada di sini. Terik matahari menyambut kedatangan kami di Kota Bandung. Kota kembang ini memang tak lagi sejuk. Mungkin inilah efek dari pemanasan global. Pula perbukitan yang digunduli serta persawahan berganti beton-beton perumahan elite dan hotel-hotel mewah.

Setiba di Bukit Dago, terasa kampus benar. Orang bersibuk mengurus diri sendiri. Rupanya hari ini ada penerimaan mahasiswa baru, pada program pasca sarjana se-Unpad. Tes tertulit meliputi Tes Potensi Akademik (TPA), pengetahuan umum, dan apalagi ya yang sudah aku lupa, sudah dilaksanakan kemarin atau beberapa hari yang lalu. Itu yang aku dengar dari staf program pasca sarjana yang sudah aku kenal, menginformasikannya kepadaku. Nah hari ini katanya tes wawancara, yang digelar sesuai program studinya. Termasuk di dalamnya untuk tes wawancara calon mahasiswa jurusan ilmu politik tahun akademik 2012, Unpad ini.

Sejumlah kolega menyapaku. Kenapa lama tak nongol ke sini, tanya mereka. Aku jawab, lho beberapa kali saat aku ke sini pas tak bersua aja. Ke loket akademis. Minta surat progress report studi, untuk bahan laporan ke pimpinan kampusku, Fisip Undip. Para staf di lingkungan dekanat ini ramah. Termasuk sekretaris program ilmu politi, Kang Arry Bainus, yang selain menanyakan kabar dan ucapan selamat untuk aku di DKPP, tetap menyindur agar secepatnya merampungkan disertasiku. Dengan senang hati aku menyimak nasihat-nasihatnya. Karena beliau berhak untuk menanyakan soal itu kepadaku.

Kelar urusan. Tak lebih tiga jam aku di sini. Dari A sampai Z sudah tuntas. Tiba saatnya makan siang. Diundang kolega di sini untuk ke Dapur Desa, rumah makan khas masakan Sunda, di Jalan Gatot Subroto, Bandung, tak jauh dari Bandung Super Mall (BSM). Sambil ngobrol ngalor-ngidul dunia Pemilu, dunia kampus, dan dunia senyatanya. "Terima kasih atas traktirannya makan siang, pada masakan sunda favoritku. Jangan kapok-kapok ya", kataku, ucap terima kasih, kepada kolega. Sambil kelakar, tentunya. * 


Jakarta-Bandung, 16 Juni 2012